Selasa, 02 Desember 2008

Meningkatkan Mutu Pendidikan Tanpa Tambah Biaya dan Sarana, Mungkinkah?

Barangkali ini pertanyaan yang sering didengar, dan rasanya masuk akal juga. Mana mungkin bisa meningkatkan mutu tanpa tambah biaya dan tanpa tambah sarana. Bukankah jerbasuki mawa bea (setiap keinginan memerlukan beaya) kata orang jawa. Saya pun sependapat dengan pepatah tersebut. Hanya bedanya saya punya tafsiran yang lain tentang beaya. Beaya tidak harus dalam wujud dana. Beaya adalah diartikan sebagai harga yang harus dibayar sebagai akibat timbulnya keinginan. Tetapi bayarnya tidak harus dalam bentuk uang.
Saya mencoba membuat contoh sebagai berikut. Kalau suatu sekolah merencanakan peningkatan rata-rata Nilai Ujian Nasional katakanlah dengan mematok target kenaikan 0,2 dari rata-rata nilai pada tahun sebelumnya. Dengan asumsi anggaran tahun ini tidak ada peningkatan, dan tidak ada sarana tambahan apapun apakah ini bisa dicapai?
Jika asumsi yang kita pakai bahwa setiap keinginan harus memerlukan beaya yang berupa dana maka keinginan diatas jelas tidak dapat diwujudkan. Tetapi jika persepsi beaya buka dalam bentuk uang dan sarana maka target peningakatan mutu yang diindikasikan dengan kenaikan rata-rata Nilai Ujian Nasional tersebut dapat diupayakan dicapai. Pertanyaan lanjutannya adalah bagaimana caranya?
Jawaban pertanyaan ini yang paling penting. Jadi kita harus mencari cara bagaimana bisa meningkatkan mutu tanpa harus bertambah beaya (dana) dan sarana. Demikian juga keinginan-keinginan yang lain misalnya bagaimana meningkatkan prestasi siswa dalam berbagai lomba atau prestasi sekolah tanpa tambah beaya dan sarana?

Ada yang punya ide? Silahkan ditanggapi!!

Senin, 01 Desember 2008

Pendidikan Gratis, Siapa Takut

Malam ini saya dapat pesan singkat dari pak Tadi salah satu kepala SMP yang sejak memegang jabatan pertamanya sudah mulai menerapkan sekolah gratis. Isi pesannya pemberitahuan kalau di TV One ada dialognya Mendiknas tentang BOS tahun 2009. maka langsung saya terpaksa menyalahi kesepakatan keluarga yang sudah menjadi konsensus bersama untuk tidak menyalakan TV selain hari libur. Biar dampaknya bagus untuk anak sebelum menyalakan TV harus seijin istri, anak dan keponakan dengan memberikan alasan tentang pentingnya acara ini.Ternyata benar di TV pak Mendiknas menyampaikan kebijakan BOS tahun 2009. Yang intinya bahwa pada tahun 2009 seiring dengan kenaikan anggaran pendidikan yang telah mencapai 20 % maka pendidikan dasar diberlakukan gratis khusus untuk sekolah negeri yang bukan RSBI atau SBI. Bahkan Mendiknas menghimbau kepada Bupati dan walikota untuk menyangsi sekolah yang masih menarik biaya operasional kepada orang tua murid. Ditegaskan oleh Mendiknas jika dengan diberlakukannya pendidikan gratis tersebut masih memungkinkan adanya sumbangan sukarela dari orang tua tetapi besaran, dan waktu penyerahannya tidak boleh ditentukan oleh sekolah.Bagaimana ya realisasinya di lapangan? Yang jelas jika pertanyaan ini diberikan pada pak Tadi kepala SMP 2 Plantungan, pak Arif kepala SMP3 Singorojo atau pak Asikin kepala SMP 4 Singorojo jawabnya barangkali sama : SIAPA TAKUT!

Rabu, 30 Juli 2008

Software Gratis Moodle, Portal E-Learning

Kamis, 31 Juli 2008 00:51 WIB
Amir Sodikin
Seorang guru sebuah sekolah menengah di Jakarta mengeluhkan adanya biaya pembuatan portal website untuk kepentingan sekolahnya. Nilai proyek pembuatan website dan biaya sewa server untuk hosting (tempat meletakkan file di website) itu mencapai jutaan rupiah per bulan. Biaya itu sebenarnya bisa dipangkas jika mereka mengetahui banyak software gratis yang siap digunakan.
Di dunia internet, banyak manusia super baik hati yang mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan sosial. Mereka bekerja siang malam selama bertahun-tahun untuk menghasilkan perangkat lunak gratis. Dalam konteks ini, manusia-manusia seperti itu jauh lebih baik hatinya dibanding institusi pemerintahan kita.
Salah satunya adalah Martin Dougiamas, pendiri software e-learning (electronic learning, pembelajaran elektronik berbasis website) bernama Moodle yang beberapa hari lalu memenangi penghargaan The Best Education Enabler pada ajang ”2008 Google-O’Reilly Open Source Awards”. Dougiamas membuat Moodle hanya untuk hobi, walaupun di akhir kisah, dia juga menjadikan hobi itu sebagai tesis untuk mendapatkan gelar PhD dari Curtin University of Technology di Perth, Australia.
Dedikasi, inovasi, dan kontribusi untuk open source dari software Moodle memang fenomenal. Moodle hingga kini masih memimpin sebagai software gratis untuk membangun website komunitas yang mendukung proses pembelajaran berbasis website.
Moodle mencitpakan genre baru di bidang kategori software, yaitu Course Management System (CMS). CMS biasanya singkatan dari Content Management System, software sejenis tetapi lebih fokus pada isi berita.
Prinsip pedagogi dipegang teguh Moodle karena membantu pendidik menciptakan komunitas pendidikan online. Software ini bisa digunakan guru atau institusi pendidikan. Juga potensial digunakan perseorangan untuk membangun kursus online.
Hingga Januari 2008, jumlah website yang menggunakan Moodle tercatat 38.896 website (yang resmi terdaftar) dan digunakan 16.927.590 pengguna dengan jumlah materi 1.713.438 buah.
Instalasi Moodle
Huruf ”M” pada Moodle berarti Martin, nama pendirinya. Namun, Moodle secara resmi merupakan singkatan dari Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment, tempat belajar dinamis menggunakan model berorientasi obyek.
Program ini bisa diunduh dari www.moodle.org. Dibutuhkan ruangan hosting (untuk menempatkan file di website) minimal 59,34 MB. Server harus mendukung Apache, PHP, dan database MySQL atau PostgreSQL.
Instalasi termasuk mudah dan bisa dilakukan seorang pemula. Untuk hosting yang memiliki Fantastico, proses instalasi makin mudah karena bisa dilakukan instan lewat Fantastico.
Dengan Moodle, guru memiliki kontrol penuh terhadap aktivitas belajar, mulai membuat materi, penugasan, menentukan siapa yang berhak mengikuti, survei, jurnal, kuis, chatting, workshop, forum diskusi, mengirim e-mail kepada murid, dan masih banyak lagi.
Dari sisi tampilan, Moodle tampak biasa saja, tetapi sistem yang tertanam di dalamnya terbilang canggih. Bukan hal mengherankan jika Moodle memang yang terbaik di kelasnya.
Moodle Indonesia
Masih sedikit lembaga pendidikan Indonesia yang memanfaatkan Moodle. Kemungkinan terjadi karena banyak pembuatan website di dunia pendidikan lebih berbasis proyek dan dikerjakan oleh developer berbayar mahal.
Daftar website yang menggunakan Moodle bisa dilihat di http://moodle.org/sites/index.php?country=ID. Tercatat ada 285 website, mulai dari website milik perusahaan, universitas, sekolah, lembaga pendidikan nonformal, hingga situs pribadi.
Perusahaan yang memanfaatkan Moodle, misalnya, Garuda Indonesia e-Learning dengan alamat http://training.garuda-indonesia.com/mynts. Lion Air dengan alamat http://ltc.lionair.co.id. Cek juga e-learning milik PT WIKA di http://e-learning.wikarealty.co.id.
Untuk kategori universitas ada FMIPA Universitas Gadjah Mada, http://kuantum.mipa.ugm.ac.id. Beberapa lembaga di bawah Institut Teknologi Bandung (ITB) juga menggunakan Moodle, misalnya http://kuliah.itb.ac.id.
Dalam diskusi di www.moodle.org, beberapa di antaranya datang dari Indonesia, mengungkap kendala penggunaan e-learning. Apa yang diungkapkan Yudi Wibisono pada tahun 2005 tampaknya masih aktual hingga sekarang.
”Saya merasa hal yang paling sulit adalah meyakinkan jurusan atau fakultas dan dosen lain mengenai masa depan e-learning ini. Harus sabar dan terus-menerus beriklan. Beberapa dosen juga mengalami kesulitan dan takut menggunakan Moodle. Pemberian dokumen petunjuk penggunaan bagi dosen mungkin bisa membantu,” katanya.
Pengguna lain, Yuyun Somantri lewat forum Moodle, menyampaikan keputusasaannya, ”Sulit sekali meyakinkan atasan dan teman-teman. Dari 76 orang guru, dua guru TIK dan saya guru Matematika, jelas kalah suara. Sebanyak 73 guru plus satu Kepala Sekolah bilang, ’Untuk apa (e-learning)? Tidak akan efektif, yang ujungnya ke masalah biaya hosting, kelihatannya tidak mendatangkan keuntungan malah menambah beban,” katanya.
Banyak institusi pendidikan yang tak memanfaatkan e-learning untuk memperkaya pengalaman belajar. Beberapa institusi sudah menggunakannya, tetapi lebih ke gengsi sekolah daripada mengejar efektivitas.
Padahal, dalam pandangan Martin Dougiamas, pendiri software Moodle, Moodle akan merevitalisasi cara belajar top-down (dari atas ke bawah) menjadi proses pembelajaran yang partisipatif. Beberapa resum singkat tulisan dia bisa dilihat di situs pribadinya, www.dougiamas.com.
Moodle memaksa sekolah untuk menerapkan sistem pendidikan yang menghargai pemikiran murid. Murid tidak lagi dianggap sebagai ”gelas kosong”, karena itu para murid boleh mengomentari materi atau modul, bahkan bisa mengirim tulisan sebagai bahan pembelajaran. Proses belajar bisa datang dari siapa pun terutama dari anggota komunitas, termasuk dari seorang murid. Siapkah? (sumber : Kompas)

Senin, 14 Juli 2008

KRITERIA SEKOLAH BERKWALITAS

Kondisi sosial dan politik Indonesia dalam 10 tahun terakhir pascareformasi digulirkan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang signifikan. Tingkat pengangguran terus meningkat hingga mencapai 42 juta jiwa. Gejolak sosial yang ditandai dengan berbagai kerusuhan masih terjadi. Begitu juga pertumbuhan ekonomi stagnan dan tak memiliki daya saing yang cukup di pasar bebas. Salah satu keberhasilan pembangunan yang mungkin pantas untuk dirayakan oleh rakyat Indonesia adalah berkembangnya kehidupan demokrasi secara terbuka bahkan cenderung melampaui batas-batas demokrasi itu sendiri. A Nation at Risk, mungkin inilah ungkapan kecemasan yang perlu dipikirkan bersama solusinya. Tanda-tanda kebangkrutan suatu negara sebenarnya dapat dengan mudah dideteksi dari kondisi sistem pendidikan nasional yang dijalankannya. Banyak sekali hasil studi yang menyebutkan bahwa jika kondisi ekonomi sebuah negara memburuk, itu pasti berkorelasi positif terhadap kondisi sekolah. Sebaliknya, jika stabilitas ekonomi mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat, dapat dipastikan bahwa sistem pendidikan negara tersebut berfungsi dengan baik. Dengan demikian kualitas sekolah memiliki pengaruh yang jelas terhadap kemampuan daya beli masyarakat, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Para ahli ekonomi telah memberi perhatian sangat serius kepada efek human capital terhadap berbagai hasil ekonomi. Investasi di bidang keterampilan yang diselenggarakan melalui pendidikan akan selalu relevan dengan pasar tenaga kerja jika sistem pendidikan suatu negara memiliki ketersambungan dengan pasar dan dunia industri. Artinya, investasi sumber daya manusia melalui pendidikan merupakan tolok ukur sederhana untuk melihat sejauh mana relevansi sekolah dan dunia usaha bersinergi, sekaligus untuk mengukur sejauh mana sebuah sekolah itu memiliki ciri dan kriteria berkualitas. Seperti telah sering kita baca dalam beberapa artikel di rubrik pendidikan ini dalam dua bulan terakhir, kondisi pendidikan atau situasi persekolahan saat ini mengalami banyak sekali tekanan dari berbagai pihak, baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, sekolah belum memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang menjadi kelemahan mendasar seperti efektivitas manajemen dan relasi sekolah-masyarakat. Sedangkan secara eksternal, meskipun telah memiliki Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam praktiknya masih terdapat kesalahan mendasar dalam menafsir masalah otonomi pendidikan, sistem pengujian hingga kebijakan pengembangan kurikulum yang selalu membuat pelaksana pendidikan bertambah bingung. Padahal menurut penelitian Elmore dan Fuhrman (2001), sebuah proses pendidikan akan baik dan berkualitas jika masalah yang berkaitan dengan tanggung jawab internal sekolah mendapatkan prioritas terlebih dahulu untuk diselesaikan. Lima kriteria sekolah berkualitas Dalam dunia industri pada abad ke-19, sistem pendidikan yang dirancang dalam satu ukuran untuk semua (one-size-fits-all) cukup membantu mengurangi pelecehan terhadap tenaga kerja anak dan membawa kesempatan bagi dunia luas. Pada tahun 1950-an, banyak orang mampu mendapatkan pekerjaan layak dengan kemampuan yang terbatas. Tapi keadaan berubah dengan dramatis. Pekerjaan menuntut latar belakang pendidikan yang tinggi. Dalam waktu yang bersamaan, sekolah dituntut untuk mengikuti perkembangan semacam itu dan juga perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan dalam struktur keluarga, perubahan tren dalam kebudayaan populer dan pertelevisian, konsumerisme, kemiskinan, kekerasan, pelecehan anak, kehamilan pada masa remaja, dan perubahan sosial yang terus-menerus. Di lain pihak, sekolah juga mengalami tekanan terus-menerus untuk menekan laju perubahan, untuk lebih konservatif, untuk tetap menjalankan kebiasaan-kebiasaan tradisional, dan tidak meninggalkannya. Belakangan ini, sejalan dengan makin besarnya tantangan yang harus dihadapi lembaga pendidikan, muncul sejumlah usaha untuk memperbarui konsep atau gagasan tentang apa yang disebut sebagai sekolah berkualitas. Salah satu konsep terkemuka dalam hal ini adalah lima prinsip pendidikan yang ditawarkan Peter Senge dalam The School That’s Learn (2003). Dirumuskan dalam rangka mengimbangi arus globalisasi yang meluas di bidang pendidikan, lima prinsip pendidikan ini menekankan pentingnya melihat sekolah dan atau proses pembelajaran sebagai suatu institusi pendidikan semacam perusahaan yang memerlukan kerja kelompok dan menuntut keahlian tertentu. Seperti kita ketahui bersama, ada beberapa keahlian yang dapat dimiliki seseorang dalam mengelola pendidikan seperti, bertindak dengan otonomi yang lebih luas, berani mengambil kesimpulan, memimpin juga dipimpin, mempertanyakan masalah yang sulit dengan sikap yang baik, dan menerima kekalahan sehingga mampu membangun kemampuan untuk keberhasilan di masa mendatang. Semua itu adalah sikap yang dibutuhkan dalam organisasi pembelajaran dan masyarakat. Kemampuan menyinergikan lima prinsip disiplin kolektif menurut Peter Senge ini dimaksudkan untuk meraih keahlian-keahlian yang akan dapat membantu setiap sekolah di Indonesia menghadapi tekanan dan dilema dalam mengelola pendidikannya. Secara ringkas kelima disiplin kolektif tersebut sebagai berikut. Pertama, penguasaan diri (personal mastery), merupakan praktik mengartikulasikan gambaran koheren dari pandangan para pribadi yang terlibat dalam setiap sekolah, hasil yang paling ingin kita dapatkan dalam hidup, di samping pengamatan nyata dari kehidupan sehari-hari. Ketika terakumulasi, ini bisa menghasilkan keinginan alami yang dapat meningkatkan kapasitas dalam membuat pilihan-pilihan yang lebih baik dan menerima hasil lebih dari yang dipilih secara berkelompok. Setiap pengelola sekolah harus berlaku jujur dalam mengemukakan kelemahan dan kelebihan situasi terkini sekolahnya dan mendukung setiap aspirasi yang tumbuh dan berkembang dari anak didik. Kedua, keberanian setiap pengelola sekolah untuk berbagi pandangan (shared vision), sebuah disiplin kolektif yang menekankan perhatian pada tujuan bersama. Sekelompok orang dengan tujuan yang sama dapat belajar untuk mempertahankan komitmen dalam suatu kelompok atau organisasi dengan mengembangkan pandangan yang sama tentang masa depan yang ingin dicapai, prinsip-prinsip serta guiding practices yang mereka ciptakan bersama. Disiplin kolektif ketiga yang menjadi perhatian Peter Senge adalah pembentukan mental (mental models), sebuah disiplin yang ingin menekankan sikap pengembangan kepekaan dan persepsi, baik dalam diri sendiri atau orang sekitarnya. Bekerja dengan membentuk mental ini dapat membantu kita untuk lebih jelas dan jujur dalam memandang kenyataan terkini. Karena pembentukan mental dalam pendidikan sering kali tidak dapat didiskusikan, dan tersembunyi, maka kritik yang harus diperhatikan oleh sekolah yang belajar adalah bagaimana kita mampu mengembangkan kapasitas untuk berbicara secara produktif dan aman tentang hal-hal yang berbahaya dan tidak nyaman. Selain itu, pengelola sekolah juga harus senantiasa aktif memikirkan asumsi-asumsi tentang apa yang terjadi dalam kelas, tingkat perkembangan siswa, dan lingkungan rumah siswa. Keempat, bentuklah kelompok belajar (team learning), sebuah disiplin dalam interaksi kelompok. Melalui teknik-teknik seperti dialog dan skillful discussion, sekelompok kecil orang dapat mentransformasikan pikiran kolektif mereka, belajar memobilisasi energi dan kegiatan mereka untuk mencapai tujuan bersama dan mengembangkan kepandaian dan kemampuan mereka lebih besar ketimbang jika bakat anggota kelompok digabungkan. Kelompok belajar dapat dikembangkan dalam kelas, antara guru dan orang tua murid, antaranggota komunitas, dan dalam kelompok utama yang mengejar perubahan sukses dalam sekolah. Adapun yang terakhir adalah disiplin kolektif tentang sistem berpikir (systems thinking). Dalam disiplin ini kita belajar memahami ketergantungan dan perubahan, sehingga kita dapat menghadapi dengan lebih aktif tekanan yang membentuk konsekuensi dari sebuah tindakan. Peralatan dan teknik yang digunakan dalam melatih sistem berpikir ini seperti diagram stock and flow, dan berbagai simulasi yang membantu siswa untuk memahami lebih dalam dari apa yang dipelajari. Dengan dasar kelima disiplin kolektif di atas, setiap sekolah berkesempatan melakukan sebuah 'uji-coba' terapan terhadap lima prinsip dasar di atas bagi sebuah pengembangan institusi pendidikan (sekolah) yang mengutamakan pengembangan dan penjaminan mutu (quality assurance). Oleh Ahmad Baedowi, Direktur Pendidikan Yayasan Sukma Jakarta (sumber : Media Indonesia)

Sabtu, 07 Juni 2008

MENAKAR KOMITMEN MUTU SEKOLAH

Kalau anda kebetulan datang di suatu sekolah atau bertemu kepala sekolah untuk mencarikan sekolah anak maka anda perlu menyimak tulisan ini. Mengapa ini penting karena kalau anda salah memilihkan sekolah anak anda maka itu artinya tidak saja anda harus siap kecewa terhadap layanan sekolah tetapi berarti anda juga telah mempertaruhkan masa depan anak anda di jalan yang salah.
Meskipun saat ini ada pengelompokan sekolah : ada sekolah standar, ada sekolah kategori mandiri, ada sekolah berstandar nasional

Jumat, 30 Mei 2008

Pemberdayaan Sekolah Swasta Untuk Mensukseskan Wajib Belajar 12 Tahun

Wajib belajar 12 Tahun? Apa tidak terlalu ambisius? Lalu bagaimana pembiayannya? Butuh dana berapa? Ini adalah sederetan pertanyaan yang rasional dan wajar. Karena sebagus apapun sebuah program tentu harus tetap berpijak pada kenyataan : kemampuan finansial, ketersediaan sumber daya dan fisibilitas program itu.
Kita ketahui bersama bahwa pada tahun ini secara statistik Kabupaten Kendal telah mencapai tuntas paripurna dengan APK mencapai 101, 55. Pengakuan pemerintahpun sudah kita peroleh dengan diterimanya penghargaan Widya Krama oleh Wakil Bupati Kendal pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional di Surabaya pertengahan bulan ini. Meskipun harus kita sadari bahwa menurut data BKKBN di kabupaten Kendal masih terdapat 9010 anak usia 7-15 tahun yang belum atau tidak bersekolah. Langkah-langkah konkrit untuk ''menyekolahkan" 9010 anak usia 7 -15 telah dilakukan secara terintegrasi oleh Tim Koordinasi Wajar Dikdas dan Forum PUS Kab.Kendal sehingga pada hari pertama masuk sekolah pada tahun ajaran 2008/2009 tanggal 15 Juli nanti kita bisa berteriak horee karena benar-benar telah berhasil menjaring seluruh anak usia dikdas masuk ke sekolah.
Kenyataan ini barangkali yang mendasari ide perlunya program WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN 12 TAHUN.
Kendala
Tentunya program ini bukan tanpa kendala. Dengan jumlah penduduk usia 16-18 tahun yang lebih dari 50.000 diperlukan lembaga pendidikan yang cukup banyak. Jika asumsi satu sekolah dapat menampung 1000 siswa maka diperlukan 50 sekolah. Meskipun saat ini di Kabupaten Kendal telah memiliki 24 SMK, 30 SMA dan 11 MA namun demikian dari 64 sekolah tersebut yang memiliki jumlah murid 1000 hanya 6 sekolah, selebihnya masih dibawah seribu siswa bahkan banyak yang muridnya kurang dari 300 siswa terutama di sekolah swasta.
Kurangnya murid pada sekolah swasta disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : kurangnya fasilitas baik ruang kelas, laboratorium, perpustakaan maupun tempat praktik untuk SMK. Kekurangan fasilitas ini berdampak pada mutu lulusan yang kemudian secara berantai berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat.
Jika sekolah swasta dicukupi fasilitasnya maka dapat dipastikan mutu lulusannya akan meningkat dan itu akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan masyarakat. Saat ini asumsi bahwa bersekolah di sekolah negeri lebih murah dibandingkan dengan swasta sebenarnya telah dipatahkan oleh bukti-bukti nyata yang bisa terbaca oleh masyarakat. Sekolah negeri ternyata tidak lebih murah dibanding sekolah swasta. Sehingga saat ini keengganan masyarakat menyekolahkan ke swasta bukan karena alasan biaya tetapi karena masalah kwalitas dan sarana. Jika sekolah swasta memiliki sarana yang memadai maka kepercayaan masyarakat akan meningkat.
Pemenuhan sarana pada sekolah swasta merupakan peluang yang baik untuk mensukseskan program wajib belajar 12 tahun. Yang menjadi permasalahan adalah siapa yang harus memenuhi fasilitas itu? Orang tua murid? atau Yayasan penyelengara pendidikan itu atau pemerintah daerah?
Jika orientasi kita pada tujuan untuk mensukseskan program wajib belajar 12 tahun, maka sebenarnya inmtervensi pemerintah dan pemerintah daerah terhadap sekolah swasta untuk memenuhi sarana pendidikan menjadi pilihan yang murah. Dikatakan murah karena dibandingkan dengan mendirikan Unit sekolah Baru negeri biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah/pemerintah daerah menjadi lebih sedikit. Sebagai perbandingan jika pemerintah daerah akan mendirikan sebuah unit sekolah baru paling tidak harus menyiapkan lahan/ membeli tanah, membangun gedung dan sarana pendidikkan lainnya, menganngkat guru dan kepala sekolah, menyediakan dana operasional rutin. Maka dana yang diserap untuk sebuah unit sekolah baru hanya untuk membangun fisiknya saja diperlukan dana minimal 2 milliard. Belum lagi gaji guru dan biaya operasional yang harus dikeluarkan setiap bulan.
Jika alternatif yang dipilih adalah membantu sekolah swasta dengan memberikan subsidi baik itu dalam bentuk blockgrant maupun imbal swadaya untuk memenuhi kekurangan fasilitas maka dana yang dikeluarkan oleh pemerintah hanya sekali. Dengan demikian maka paling tidak pemerintah sudah akan dapat menghemat biaya untuk gaji guru dan operasional rutin.
untuk mengendalikan mutu sekolah yang mendapatkan bantuan maka dibuat perjanjian tertentu yang mengikat sekolah untuk melaksanakan kewajibannya sebagai konsekwensi dari bantuan yang diberikan. Jika irtu berhasil dilaksanakan maka pemerintah bisa memberikan reward tertentu untuk lebih memajukan sekolah sementara bagi lembaga yang kurang konsekwen terhadap janji kenerjanya diberikan punishment yang mendidik dan memotivasi sekolah-sekolah swasta untuk memperbaiki kinerjanya.
Dengan cara demikian maka wajib belajar 12 tahun dapat dilaksanakan dengan biaya yang relatif murah.

Rabu, 28 Mei 2008

Otak Bekerja Baik Kalau Manusia Senang

Rabu, 28 Mei 2008 18:38 WIB
YOGYAKARTA, RABU - Otak akan bekerja dengan baik ketika manusia merasa senang dan tidak tertekan. Proses itu dimulai pada usia dini, dan berlanjut ke masa anak-anak hingga remaja. Hanya saja, pada usia tersebut, suasana senang dengan bermain sangat kurang porsinya.
Hal itu dikatakan Shifu Yonathan Purnomo, pakar kecerdasan otak yang juga pencipta dan pendiri Shuang Guan Qi Xia International (perguruan kecerdasan otak yang berpusat di Surabaya), Rabu (28/5), dalam Seminar Intrapreneurship di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
"Anak yang sejak di SD hingga SMA dianggap pandai, belum tentu nanti dia cerdas. Itu karena kondisi sekitar membuat otaknya tidak bekerja dengan baik dan maksimal. Ada tahap yang ingin dilompati, biasanya oleh orang tua mereka," ujar Shifu.
Seorang anak, di masa sekarang, sudah dijejalkan materi pelajaran sejak TK. Bahkan di playgroup, pengenalan tentang huruf-huruf sudah diajarkan. Itu sebenarnya tidak perlu dan belum saatnya. Yang terbaik, anak dibiarkan saja bermain dan bergerak.
"Biarkan saja anak lari-lari. Kalau nggak mau belajar karena lagi malas, ya biarkan saja. Kenalkan dengan olah raga dan hal yang membuat dia banyak bergerak, bukan hanya duduk sambil bermain atau lari-lari bermain di dalam ruang kelas. Dengan banyak bergerak, zat milin sebagai nutrisi otak akan dibuat tubuh," katanya.
Sumber : Kompas

Fakta Soal Otak Anak Anda

Senin, 21 April 2008 19:13 WIB
OTAK merupakan organ vital yang berfungsi sebagai pusat kontrol dan kendali atas semua sistem di dalam tubuh. Otak yang juga merupakan pusat kecerdasan atau pusat kemampuan berpikir ini mulai dibentuk selang beberapa saat setelah terjadinya konsepsi (proses peleburan inti sel telur dan inti sel sperma).

Karena itu, sejak anak lahir hingga mulai bisa mengenal beragam hal di lingkungannya, otak anak harus segera dirangsang. Caranya, kenalkan anak pada banyak hal di lingkungan sekitar kita entah itu binatang, tumbuhan, beragam benda lain serta bilangan dan bahasa yang sederhana.

Berikut fakta atas otak anak yang perlu kita ketahui :1. Para ilmuwan menyatakan bahwa 50 % kemampuan otak anak-anak terbentuk dalam 6 tahun pertamanya.
2. Lingkungan memberi efek dramatis pada perkembangan otak balita.
3. Aktivitas dalam otak menciptakan arus kecil listrik yang disebut sinapsis dan jumlah rangsangan yang diterima bayi Anda mendapatkan efek langsung bagaimana sinapsis itu terbentuk.
4. Rangsangan berulang-ulang menguatkan jalinan tersebut dan menjadikannya permanen, sedangkan arus listrik baru yang terpakai akhirnya akan mati.
5. Bayi memiliki kebutuhan biologik dan semangat untuk belajar.
6. Jaringan dasar pada sinapsis otak hampir lengkap setelah perkembangan otak yang begitu cepat dalam 3 tahun pertama bayi.
7. Makin banyak rangsangan yang dapat diberikan kepada bayi menandakan lebih banyak sirkuit yang dibentuk untuk meningkatkan kemampuan belajarnya di masa depan.
8. Rangsangan visual bisa meningkatkan perkembangan otak termasuk meningkatkan keingintahuan, perhatian dan konsentrasi.
9. Mainan terbaik bayi adalah Anda! Berinteraksilah bersama bayi sesering mungkin.
10. Jika Anda memuji bayi Anda dan selau memberinya semangat, bayi Anda akan terpacu untuk belajar dan cenderung lebih cepat memahami.

Karena itu, jika kedua sisi otak kanan maupun kiri dirangsang dengan tepat, anak-anak pun bisa mengembangkan kemampuan jeniusnya dengan normal tanpa kesulitan.
Sumber : Kompas

Senin, 19 Mei 2008

Bisakah Kita Mengulang Kebangkitan Nasional?

Pertanyaannya lucu, dan sederhana. Tapi jika dipikir lebih dalam untuk menjawab pertanyaan itu bukan soal yang mudah. Bayangkan, jika harus dijawab dengan jawaban positif :bisa, maka konsekwensinya sangat besar. Bukan pesimis tetapi melihat realita yang ada masih bisakah kita mengulang kebangkitan nasional 1908 itu?
Ketika dr. Wahidin dkk menggagas berdirinya budi utomo sebagai sebagai sebuah organisasi pergerakan motivasinya bukan karena menginginkan popularitas, apalagi keuntungan pribadi. Semuanya dilakukan atas dasar keichlasan perjuangan untuk membawa perubahan bagi bangsanya. Sehingga dengan semua keterbatasan yang ada pada waktu itu rintangan dan tantangan bukan menjadi penghalang tetapi malah menjadi penambah energi dinamika perjuangan.
Dalam konteks saat ini, berbagai permasalahan yang ada justru timbul bukan karena fakto luar. Permasalahan yang timbul seperti kemiskinan, kebodohan, banyaknya pengangguran, kwalitas sumber daya manusia yang rendah bukan karena kita terjajah oleh bangsa lain. Semua persoalan yang ada berpangkal pada keserakahan segelintir manusia indonesia yang justru memiliki peran yang strategis dalam pengambilan keputusan untuk bangsa ini.
Keputusan-keputusan yang dibuat bukan diniatkan sebagai upaya mengatasi persoalan tetapi dibuat atas untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya, popularitas, kekuasaan, dengan mengatasnamakan kepentingan bangsa.
Hal yang hakiki dari sebuah perjuangan yaitu keihlasan berbuat jauh panggang dari api. Selama hal ini belum bisa kita hilangkan maka mustahil kita bisa mengulang kebangkitan nasional yang berdampak pada peningkatan kemajuan dan kemakmuran bangsa ini.
Menyitir AA Gym kita dapat memulai perubahan mulai dari diri sendiri, dari hal yang paling mungkin kita lakukan, dan mulai saat ini. Mari kita ulang kebangkitan nasional mulai dari diri sendiri, dari yang bisa kita lakukan dan saat ini pula. Insya Allah.

Kebangkitan Nasional Ditelan Krisis Global?

Christianto Wibisono
ada 20 Maret saya menulis surat kepada Presiden Yudhoyono melaporkan tentang rencana Global Nexus Institute mengundang Kishore Mahbubani untuk berbicara tentang tesis dalam buku The New Asian Hemisphere. Pada 2 April Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa mengatakan bahwa Presiden di tengah kesibukannya telah membaca dan mengetahui tesis Mahbubani, dan malah menyatakan niat meningkatkan acara itu menjadi Presidential Lecture. The New Asian Hemisphere memakai sub judul The Irresistible Shift of Global Power to the East. Asia akan mengembalikan proporsi total produk domestik bruto (PDB)-nya mengalahkan Barat (Eropa dan AS) seperti sebelum imperialisme dan revolusi industri. Sebagian tesis Mahbubani sudah saya tulis dalam kolom 11 Februari berjudul Reposisi Indonesia pada Restorasi Asia II.
Presiden sepakat bahwa tesis Mahbubani merupakan rangsangan bagi pakar Indonesia untuk berkiprah mengajukan inquiry empiris, sebab Indonesia dan ASEAN seolah tidak berperan signifikan dalam Kebangkitan Asia II versi Mahbubani. Setahun yang lalu kolom ini mengawali wacana tentang posisi Indonesia di masa depan mengacu pada proyeksi The Economist bahwa Indonesia akan masuk 10 besar ekonomi dunia. Yayasan Indonesia Forum pada 23 Maret 2007 meluncurkan Visi Indonesia 2030 bahwa RI akan masuk dalam 5 besar ekonomi dunia mengacu kepada proyeksi Goldman Sachs dalam studi BRIC (Brasil, Rusia, India, China). Presidential Lecture oleh Kishore Mahbubani merupakan peluang bagi pakar Indonesia untuk menjadi "produsen" dan bukan sekedar "konsumen" berbagai teori hasil para teoritisi global.
Krisis BBM adalah bagian dari krisis global yang merupakan force majeur. Jadi, kalau kita tenggelam dalam lumpur diskusi BBM yang dipolitisir secara vulgar, akan membuat kita lumpuh dalam mengikuti perkembangan strategi geopolik yang akan mempengaruhi nasib bangsa ini seabad ke depan. Karena itu, peringatan Seabad Kebangkitan Nasional seperti ditulis Sabam Siagian Sabtu 3 Mei lalu, tidak bisa hanya sekadar nostalgia. Tetapi harus diisi dengan tekad dan wacana segar tentang ke mana bangsa ini mau menuju seabad ke depan. Acara yang diprakarsai Global Nexus Institute ini merupakan upaya menyiapkan elite Indonesia berpikir strategis, dan tidak tenggelam dalam rutinitas, serta kepanikan force majeur tanpa visi.
Debat
Pada hari Kamis, 15 Mei saya memberi ceramah di depan Divisi Analisis Strategis Badan Intelijen Nasional (BIN) bertema Anatomi Krisis Global membahas krisis global yang merupakan fusi dari krisis 3F (food, fuel and financial crises). Krisis pangan diawali dengan kegagalan panen gandum di Australia, dan kenaikan harga komoditas pangan yang dialihkan menjadi biofuel seperti jagung dan tebu. Kenaikan harga minyak sampai dua kali lipat dibanding pagu US$ 50 yang telah berlangsung beberapa tahun, mendorong pengalihan energi berbasis fosil menjadi bioenergi.
Tetapi Renewable Fuel Association (RFA), gabungan industri etanol AS, menolak kecaman itu dengan menyatakan bahwa seandainya tidak ada etanol, maka kenaikan harga minyak sudah akan mencapai tingkat yang lebih tinggi dari yang sekarang. Dalam jumpa pers di National Press Club Washington DC 1 Mei, mantan Menteri Pertanian AS John Block menyatakan bahwa jika tidak ada industri etanol sebagai produk alternatif, maka harga bensin di AS akan mencapai US$ 4.14 per galon. Ketua Corn Growers Association Rick Tolman menyatakan, bahwa keuntungan perusahaan migas mencapai US$ 128 miliar, karena harga minyak melonjak dari US$ 10 tahun 1999 menjadi US$ 120 hanya dalam 9 tahun. Dengan adanya alternatif etanol, maka konsumen AS menghemat US$ 69 miliar per tahun. Center for Agricultural and Rural Development Iowa State University menghitung penurunan harga bensin antara $ 0,29 sampai $ 0,40 karena ada etanol sebagai pesaing.
Di Indonesia debat tentang kenaikan BBM menjadi debat yang tidak rasional, karena lekat dengan kepentingan subjektif, hanya untuk menjatuhkan pesaing politik. Padahal, siapa pun yang menjadi presiden pasti harus menaikkan harga BBM kalau tidak ingin mengalami kondisi ekonomi yang lebih rawan. Dalam surat usulan DPD kepada Presiden ada 9 butir saran untuk menghindari kenaikan BBM. Pertama adalah penjadwalan utang dalam dan luar negeri. Ini suatu yang akan menurunkan rating Indonesia di mata internasional. Unsur default ini malah akan memacu kemerosotan nilai rupiah karena arus modal masuk akan terputus dan pelarian modal akan semakin menggejala.
Argumentasi Kwik Kian Gie tentang opportunity lost tidak pernah menjadi wacana mainstream, tetapi hanya dianggap sempalan teoretis yang tidak realistis. Kwik sempat didemo pada 14 Mei sehari setelah terlibat dialog panas dengan Wapres Jusuf Kalla dalam panel bersama Amien Rais, Habibie, dan Hendropriyono. Massa pembela Laksamana Sukardi mendemo rumah Kwik di Kebayoran karena Kwik mengecam keras privatisasi di zaman Laksamana menjabat Menteri Negara BUMN. Dua mantan menteri ini meski berasal dari PDIP (sebelum keduanya keluar), merupakan "lawan bebuyutan" secara ideologis. Kwik penganut garis intervensionis Keynesian Rotterdam, sementara Laksamana pewaris tulen pelaku bursa Wall Street (mantan bankir Lippo Group).
Bermental Orba
Peluncuran buku Amien Rais dihadiri oleh tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim yang diperkenalkan sebagai konsultan School of Advance International Studies John Hopkins University atas jasa Paul Wolfowitz. Anwar Ibrahim agak mengerem buku Amien Rais dengan menyatakan bahwa nasionalisasi tidak akan menyelesaikan persoalan. Sekarang ini orang berteriak tentang fundamentalisme pasar untuk menyalahkan krisis global dan ingin kembali ke etatisme atau otoriterisme negara sebagai pengendali dan pengarah pasar. Yang lebih tepat ialah kembali ke jalan tengah, dimana otorita publik mengintervensi bila pasar menjadi liar dan suicidal.
Dunia saat ini mengalami dislokasi dan instabilitas pasca-hegemoni Barat, karena Asia telah matang untuk bangkit seperti tesis Mahbubani yang juga diperkuat oleh Amy Chua, Parag Khanna, dan Fareed Zakaria. Pada setiap perubahan bobot kekuatan imperium regional atau global akan terjadi semacam gempa politik yang merubah struktur dan komponen geopolitik. Ini akan memakan waktu, sehingga tercapai keseimbangan baru yang mencerminkan perubahan proporsional dari kekuatan nation states yang mengalami pasang surut. Peringatan Seabad Kebangkitan Nasional nyaris tenggelam oleh hiruk pikuk pro dan kontra kenaikan BBM yang seolah menjadi zero sum game bagi elite politik dan bangsa Indonesia. Jika elite Indonesia masih bermental Orba Soehartois yang ingin menjadi predator terhadap sesamanya tanpa mempedulikan peringkat harkat martabat bangsa ini di dunia internasional, maka buat apa mempunyai visi mau jadi 5 Besar Dunia? Jika elite hanya saling menjatuhkan secara partisan dengan tega dan kejam mengadu domba rakyat, bahkan mengulang insiden berdarah kekerasan model Mei, maka bangsa yang tega menjadi predator untuk rakyatnya sendiri, tidak akan pernah menjadi bangsa besar. Sia-sialah kepeloporan Budi Utomo, Sumpah Pemuda, Proklamasi menegakkan kemerdekaan. Sebab, setelah merdeka justru terus saling bantai kudeta suksesi dengan pola kekerasan model 1966 dan 1998. Seabad Kebangkitan Nasional harus menjadi tonggak untuk menciptakan suksesi demokratis tertib sabar menanti pemilu dan pilpres. Kalau setiap kali mengganti presiden mesti dengan Malari atau Mei 1998, maka pastilah Indonesia tidak akan pernah menjadi bangsa besar dan bermartabat.
Penulis adalah pengamat masalah nasional dan internasional
Sumber :http://www.suarapembaruan.com/News/2008/05/19/Editor/edit02.htm

Minggu, 18 Mei 2008

Menyiasati Anak Sulit Makan

Kategori Anak
Oleh : Martina Rini S. Tasmin, SPsi
Jakarta, 3/8/2002

Ibu: "A lagi ya, satu lagi aaanya, yah satu lagi yah"

Anak: "Nggak mau, udah kenyang"

Ibu: "Satu lagi deh, abis itu udahan deh makannya. Tinggal sedikit nih, tuh lihat di piringnya, tinggal sedikit kan. Satu lagi yaaaaa"

Anak: "Nggak mau ah, udah kenyaaaaang"

Bagi sebagian ibu, dialog di atas mungkin terdengar sangat familiar di telinga ketika jam makan anak-anak telah tiba. Memberi makan kepada anak-anak balita terkadang memang menyulitkan. Anak tidak selalu menyukai apa yang diberikan kepada mereka. Mereka cenderung lebih menyukai makanan ringan berupa makanan yang manis (seperti permen, biskuit), makanan junk food (biasanya dalam bentuk makan siap saji seperti hamburger, fried chicken, french fries), dan makanan yang tasty (misalnya chiky, cheetos) dibandingkan makanan utama yang berupa nasi dan lauk pauknya.

Menghadapi situasi diatas orangtua biasanya menggunakan berbagai cara untuk membuat agar anaknya mau makan, bahkan seringkali sampai merasa perlu untuk memaksa anak, apalagi orangtua dari anak-anak yang bertubuh mungil. Orangtua mungkin beranggapan bahwa tubuh mungilnya itu terbentuk karena anaknya kurang makan dan gizi. Nah, gimana caranya menyiasati agar anak mau makan makanan yang disediakan oleh orangtua?

Komponen Utama Sumber Energi

Untuk perkembangan tubuh dan energi anak membutuhkan sejumlah kalori. Kebutuhan kalori ini dipenuhi dari nutrisi, yaitu protein, karbohidrat dan lemak. Protein berguna untuk membentuk struktur sel-sel tubuh. Protein banyak terkandung dalam makanan yang terbuat dari tumbuhan maupun hewan, contohnya ikan, susu, keju, kacang dan tepung. Karbohidrat berguna sebagai energi yang diperlukan untuk beraktivitas dan proses-proses penting yang terjadi di dalam tubuh. Karbohidrat terkandung dalam gandum, kacang-kacangan, kentang, beras, buah-buahan, gula dan madu. Lemak juga berguna sebagai sumber energi. Lemak banyak terkandung dalam susu, kacang-kacangan, mentega dan minyak.

Selain membutuhkan nutrisi, tubuh juga membutuhkan vitamin, mineral dan serat. Vitamin, mineral dan serat penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Semua makanan pada umumnya mengandung setidaknya satu unsur nutrisi yang dibutuhkan dan dapat juga mengandung vitamin, mineral dan serat. Unsur-unsur inilah yang seringkali disebut dengan istilah Gizi (nutrisi, vitamin, mineral dan serat).

Bagaimana dengan makanan siap saji atau junk food? Junk food yang disukai anak-anak sebenarnya bukanlah makanan yang tidak ada faedahnya sama sekali. Contohnya hamburger, mengandung protein dan lemak, sumber zat besi dan vitamin B yang baik buat anak. Namun perlu diingat bahwa lemak dan protein yang terkandung dalam hamburger melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu jika anak menyukai junk food, tidak ada salahnya sekali-kali diberikan, namun sangat dianjurkan untuk tidak mengkonsumsinya secara berlebihan. Jika hal itu sampai terjadi maka akan berpengaruh kurang baik bagi kesehatan karena asupan gizi yang diperoleh tidak seimbang, dan juga memicu terjadinya obesitas/kegemukan.

Mengapa Anak Menolak Makan?

Papalia (1995), salah seorang ahli perkembangan manusia, mengungkapkan bahwa pada usia 0-3 tahun perkembangan fisik dan otak anak berlangsung paling pesat/growth spurt, karena itu tubuh membutuhkan gizi yang banyak, sehingga biasanya anak memiliki nafsu makan yang baik. Setelah usia 3 tahun, perkembangan tubuh tidak lagi sepesat sebelumnya, kebutuhan tubuh akan makanan menurun dan biasanya diikuti nafsu makan anak yang juga menurun. Oleh karena itu dibutuhkan kreativitas dari orangtua agar anak jangan sampai kekurangan gizi akibat tidak mau makan.

Illingworth (1991), seorang ahli kesehatan anak, mengutarakan beberapa hal-hal yang menurut pengamatannya dapat menjadi penyebab anak tidak mau makan:

  • Memakan kudapan diantara jam makan, akibatnya tubuh masih berkecukupan dengan nutrisi yang berasal dari kudapan tersebut, sehingga anak tidak merasa lapar
  • Perkembangan ego sang anak; anak menolak makan sebagai manifestasi dari perkembangan sikap mandiri. Anak merasa sebagai individu yang terpisah dari orangtua, sehingga menolak bentuk dominasi orangtua
  • Anak ingin mencoba kemampuan yang baru dimilikinya yaitu mencoba makan sendiri tetapi orangtua melarangnya melakukan hal tersebut
  • Menu tidak bervariasi sehingga anak merasa bosan dengan makanan yang terhidang atau bentuk makanan tidak menarik
  • Anak sedang merasa tidak bahagia, sedih, depressi atau merasa tidak aman/nyaman
  • Anak sedang sakit

Sementara itu, bentuk penolakan yang dilakukan anak dapat berupa:

  • Memuntahkan makanan
  • Makan berlama-lama dan memainkan makanan. Pada tahapan usia 9 bulan-2,5 tahun memang masih merupakan suatu hal yang wajar jika anak makan berlama-lama karena ia belum mengenal konsep waktu. Namun jika anak telah berumur lebih dari usia tersebut, tetapi masih makan berlama-lama dan memainkan makanannya maka hal tersebut tidak lagi dapat disebut wajar/normal tetapi merupakan suatu cara anak untuk menarik perhatian dan menentang dominasi orangtua.
  • Sama sekali tidak mau makan
  • Menumpahkan makanan
  • Menepis suapan dari orangtua

Tindakan Keliru yang Seringkali Dilakukan Orangtua

Beberapa tindakan yang sebenarnya keliru yang seringkali dilakukan orangtua dalam menghadapi situasi diatas misalnya:

  • Membujuk. Misalnya dengan kata-kata: "makan sayur bayamnya ya, biar kuat seperti popeye", "kalau makannya habis nanti mama bilang sama papa kalau anak mama dan papa pintar loh", dll.
  • Mengalihkan perhatian, misalnya: anak disuapi makan sambil menonton film atau sambil bermain-main.
  • Memberi janji, misalnya: "kalau makannya habis, nanti mama belikan ice cream".
  • Mengancam, misalnya: "kalau makannya tidak habis, nanti kalau ke dokter disuntik loh".
  • Memaksa, misalnya anak dipaksa membuka mulut lalu dijejali makanan.
  • Menghukum, misalnya anak yang tidak mau makan langsung dipukul atau diperintahkan masuk kamar.
  • Membolehkan anak untuk memilih menu makanan yang diingininya. Dalam hal ini orangtua biasanya akan langsung mengganti menu jika anak mengatakan bahwa ia tidak menyukai menu yang dihidangkan.

Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Orangtua

Dengan mengetahui bahwa nafsu makan anak digerakkan oleh jumlah makanan yang dibutuhkan tubuh, orangtua seharusnya menjaga nafsu makan anak dan memastikan bahwa anak mendapatkan kebutuhan tubuhnya. Para ahli psikologi anak sama sekali tidak menyarankan anak dipaksa untuk makan apapun penyebabnya, karena semakin dipaksa anak akan semakin memberontak.

Lalu apa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk membuat anak mau makan dan tidak kekurangan sumber energi yang dibutuhkan tubuhnya? Berikut ini beberapa saran yang dapat anda lakukan jika menghadapi anak yang sulit makan:

  1. Kurangi kudapan atau tidak memberikan kudapan sama sekali di antara jam makan. Termasuk di sini adalah pemberian susu kepada anak. Bagi anak yang memiliki nafsu makan sangat baik, pemberian kudapan maupun susu diantara jam makan masih diperbolehkan, tetapi harus dilakukan dengan jadwal tetap dan dosistepat sehingga tidak terjadi obesitas.
  2. Menghidangkan menu yang bervariasi. Sama seperti orang dewasa, jika hampir setiap hari diberikan menu yang sama, maka anak akan bosan (meskipun menu yang diberikan merupakan menu favorit anak tersebut). Oleh karena itu, orangtua harus jeli dan pintar untuk memberikan menu yang bervariasi kepada anak. Misalnya: jika anak sudah sering diberi ikan cobalah mengganti ikan dengan ayam atau daging atau dapat pula diganti cara memasaknya.
  3. Mempercantik tampilan makanan. Contohnya, dalam sebuah iklan di TV, ada orangtua yang menghidangkan nasi goreng dengan diberi gambar wajah, mata yang terbuat dari tomat, bibir dari sosis, dan hidung dari ketimun. Penampilan nasi goreng yang seperti ini akan lebih menarik perhatian bagi anak daripada nasi goreng yang terhidang begitu saja di piring tanpa hiasan.
  4. Saat anak sedang merasa sedih, cobalah untuk terlebih dahulu membuat perasaan anak lebih baik dengan menunjukkan kasih sayang dan mencoba mengerti penyebab mengapa anak merasa sedih. Contoh: anak sedih karena kematian anjing yang disayanginya, maka bisa dihibur dengan mengatakan bahwa "anjingnya sekarang sudah sembuh, tidak akan pernah sakit lagi di tempat yang baru".
  5. Biarkan anak makan sendiri. Jangan takut dengan kekotoran yang disebabkan anak makan sendiri, karena yang penting di sini adalah anak merasa mampu, dipercaya oleh orangtua, semakin mandiri dan kemampuan motoriknya juga akan terlatih dan berkembang baik.
  6. Jangan memburu-buru anak agar makan dengan cepat. Anak yang makannya berlama-lama, tidak perlu diburu-buru. Jika semua sudah selesai makan, meja sudah dibersihkan dan anak masih bermain dengan makanannya, maka sebaiknya makanannya disingkirkan. Anak mungkin akan merasa marah, jika hal ini terjadi orangtua tidak perlu berdebat ataupun memarahi anak, berikan perpanjangan waktu yang cukup, jika perpanjangan waktu sudah selesai maka makanan benar-benar ditarik dan tidak diberikan perpanjangan waktu lagi. Dengan demikian anak akan mengerti ada waktu untuk makan.
  7. Tidak perlu setiap kali mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuai keinginanya, karena mungkin saja ketidaksukaannya disebabkan keinginan menentang dominasi orangtua. Sebaiknya tanamkan kesadaran pada anak bahwa makan adalah tugasnya, dengan tidak memuji jika makanan dihabiskan, dan juga tidak memarahi, mengancam, membujuk, menghukum, atau memberi label anak sebagai anak nakal jika makanannya tidak dihabiskan/tidak mau makan.
  8. Jika anak tidak mau makan dan si anak berada dalam keadaan sehat, tidak apa-apa, singkirkan saja makanan dari meja makan, dan anak tidak perlu diberikan kudapan apapun di antara waktu makan utamanya. Dengan demikian, ketika tiba waktu makan selanjutnya anak akan merasa lapar (bukan kelaparan) dan ia pasti akan makan apapun yang dihidangkan.
  9. Tidak perlu memberikan porsi yang banyak kepada anak, sehingga sulit dihabiskan. Lebih baik memberikan porsi yang sedang, jika anak merasa kurang, ia boleh minta tambah.
  10. Berikan makanan secara bertahap sesuai jenis dan kandungan gizi satu persatu, mulai dari yang mengandung banyak zat besi dan protein (misalnya daging), sampai terakhir jenis yang kurang penting (misalnya puding sebagai penutup mulut). Jika anak merasa sudah kenyang sebelum sampai pada makanan tahap berikutnya, orangtua tidak perlu lagi memaksa anak untuk makan

Reaksi orangtua akan menentukan arah dan proses pembelajaran anak terhadap berbagai hal sampai mereka menemukan kesadaran dan tanggungjawab secara internal. Jika reaksi orangtua menguatkan perilaku sulit makan, maka yang terjadi kemudian adalah anak menjadi sulit makan. sebaliknya jika reaksi orangtua menguatkan perilaku mudah makan, maka anak mudah makan. Satu hal yang sebaiknya diingat orangtua adalah tidak mudah untuk selalu merespon perilaku anak secara tepat. Tulisan ini mungkin dapat menjadi suatu informasi yang berguna bagi anda para orangtua yang peduli terhadap kesejahteraan anaknya. Selamat mencoba.
Sumber : http://www.e-psikologi.com/epsi/anak.asp

Kamis, 15 Mei 2008

Di Taman Ismail Marzuki : Pak Sawali Luncurkan Kumpulan Cerpen

Hari ini Jum'at, 16 Mei 2008 jam 13.30 - 18.00 di Taman Ismail Marzuki (TIM) akan dilakukan Diskusi Buku dan Peluncuran Kumpulan Cerpen berjudul : Perempuan Bergaun Putih karya pak Sawali Guru SMPN 2 Pegandon. Selengkapnya di:http://sawali.info/2008/05/11/diskusi-buku-dan-peluncuran-kumcer/Segenap Tim Pengembang dan JIP Kendal mengucapkan selamat untuk Pak Sawali. SIAPA MENYUSUL???

Minat Baca Belum Tinggi

Jumat, 16 Mei 2008 11:53 WIB
JAKARTA, JUMAT - Hingga tahun 2007, jumlah buku di Indonesia baru mencapai 12.000. Ini berarti satu buku baru, setidaknya dibaca oleh tujuh orang tiap tahunnya. Ini menunjukkan minat baca di Indonesia belum tinggi.
Ketua Bidang Promosi Buku dan Pengembangan Minat Baca Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta, Hikmat Kurnia, mengatakan data ini diperoleh dari jumlah judul buku yang masuk ke penerbit tiap bulannya. "Bandingkan dengan Jepang yang jumlah bukunya mencapai 290.000 per tahun dan India 80.000 buku per tahun. Bagaimana ini menggugah bisa minat baca di Indonesia? Apalagi dengan harga buku yang relatif mahal," ujarnya di sela-sela aksi dalam Peringatan Hari Buku Nasional di Bunderan HI Jakarta, Jumat (16/5).
Tak ayal, lanjutnya, berdasarkan data UNDP pada 2005, Indonesia menduduki peringkat ke-96 di Asia. Hampir mendekati posisi Laos dan Kamboja, negara yang baru merdeka.Oleh karena itu, IKAPI bersama dengan Perpustakaan Pemerintah Daerah DKI Jakarta, akan membentuk Bengkel Penulisan Buku. Bengkel ini akan dimulai pada Sabtu (17/5) besok dan diikuti oleh 300 pelajar di Jakarta secara cuma-cuma.
Menurut dia, Bengkel Penulisan Buku merupakan salah satu cara menambah jumlah judul buku di Indonesia. Untuk menindaklanjuti kegiatan ini, IKAPI akan bekerja sama dengan beberapa penerbit, seperti Gagas Media, untuk menerbitkan karya peserta kelas tersebut.(BOB)
Sumber : Kompas, 16 Mei 2008

Senin, 12 Mei 2008

UASBN BAHASA INDONESIA ANEH

Kompas, Senin, 12 Mei 2008 00:15 WIB
Oleh Hanif Nurcholis
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2007 tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional, pada Mei 2008 semua SD/MI di Indonesia akan menyelenggarakan UASBN. Salah satu mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia. Pada lampiran permendiknas tersebut ditetapkan cakupan standar kompetensi lulusan.
Dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut termuat hal-hal yang akan diujikan, mencakup indikator-indikatornya, materinya, dan bentuk soalnya.
Untuk Bahasa Indonesia, SKL yang akan diujikan hanya aspek membaca dan menulis, sedangkan aspek mendengarkan dan berbicara tidak diujikan. Untuk mengetahui apakah siswa menguasai dua SKL tersebut atau tidak, ia akan diukur dengan alat uji berupa soal obyektif pilihan ganda sebanyak 50 butir dalam waktu 120 menit.
Melihat cakupan SKL yang akan diujikan dan instrumen ujinya, khususnya untuk SKL Menulis, sudah sepatutnya para guru, pakar pendidikan, pemerhati pendidikan, organisasi profesi pendidikan, dan masyarakat luas menolak hasil ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) 2008 Bahasa Indonesia karena dua hal. Pertama, lingkup SKL yang diujikan tidak sesuai dengan SKL nasional. Sesuai dengan Permendiknas No 23/2006 tentang SKL, SKL mata pelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas empat komponen: Mendengarkan, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Dengan demikian, dua SKL, Mendengarkan dan Berbicara, tidak diujikan, padahal siswa dilatih dan dibimbing oleh gurunya dalam proses pembelajaran untuk menguasai dua SKL ini.
Kedua, dilihat dari validitas isi, menguji kemampuan menulis dengan instrumen berupa soal pilihan ganda jelas sangat tidak valid.
Dengan hanya menguji SKL Membaca dan Menulis, berarti hasil UASBN yang menjadi penentu kelulusan tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya menguji 50 persen SKL nasional. Akan tetapi, sebenarnya hanya 25 persen sebab instrumen penilaian untuk SKL Menulis juga tidak valid.
Ketidaksahihan alat uji SKL Menulis tersebut terkait dengan keluarnya tiga kurikulum terakhir: Kurikulum 1994, KBK 2004, serta Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan 2006. Ketiga kurikulum tersebut sudah tidak mengamanatkan pengajaran kebahasaan/linguistik dan ejaan, tetapi pembelajaran keterampilan berbahasa
sekabjutnya :
http://www.kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/05/12/00150114/uasbn.bahasa.indonesia.aneh

Sabtu, 10 Mei 2008

"Perang Gerilya" Si Umar Bakri

Minggu, 11 Mei 2008 | 01:41 WIB

Budi Suwarna dan Ilham Khoiri

Kekisruhan dalam ujian nasional belakangan mungkin mencerminkan sikap bangsa yang kerap hipokrit. Di satu sisi, pemerintah ngotot mematok standar kelulusan sebagai cermin peningkatan mutu pendidikan nasional. Saat bersamaan, standar itu dicapai dengan berbagai trik, tipu muslihat, atau lewat ”perang gerilya” yang melibatkan para guru.

Maya (nama samaran) tertawa sinis setiap kali mendengar pejabat mengklaim ujian nasional (UN) berlangsung sukses dan angka kelulusan tinggi. Soalnya, dia tahu benar, betapa ”sukses” itu diraih bukan melalui proses belajar-mengajar di sekolah, melainkan lewat ”perang gerilya” yang dilakoni para guru.

Guru sebuah SMA swasta di Jakarta itu mengungkapkan, hampir semua sekolah di rayonnya menyiapkan berbagai strategi ”perang gerilya” untuk memberikan contekan kepada siswa. Tahun ini Maya mengaku masuk dalam ”pasukan gerilya” bersama beberapa guru lain.

Lanjutan :

http://www.kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/05/11/01412372/perang.gerilya.si.umar.bakri

Selasa, 06 Mei 2008

Ujian ONLINE

Para siswa tampak tekun menghadapi layar komputer. Tangan mereka lincah memainkan tetikus (mouse). Sedang asyik main game? Tentu tidak.
Yang terlihat di muka adalah dahi yang berkerut pertanda para siswa sedang berpikir keras. Wajar karena memang siswa kelas III Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Majene, Sulawesi Barat, sedang menghadapi ujian akhir sekolah. Namun, berbeda dari sekolah kebanyakan, selama seminggu, sejak Senin (5/5) pagi, siswa kelas III SMK 2 Majene kelompok Bisnis dan Manajemen menjalani ujian akhir sekolah berbasis online.
Di hadapan siswa, tidak ada lembaran kertas yang mesti diisi, atau pensil dan pena untuk mengisi jawaban. Dengan sistem ini, setiap siswa mendapat meja lengkap dengan satu set komputer. Dengan memasukkan password nomor ujian mereka, setiap siswa akan mendapatkan soal pilihan ganda (multiple choice). Satu siswa dengan siswa lain mendapatkan soal yang berbeda urutannya. Lanjutan di:http://www.kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/05/07/01152527/cukup.klik.tanpa.pensil.tanpa.kertas.ujian...

Senin, 05 Mei 2008

SUDAH SEDEMIKIAN BURUKKAH?

Sudah dua minggu yang lalu pelaksanaan ujian nasional SMA/MA/SMK berakhir, saat ini sedang berlangsung ujian nasional untuk SMP/MTs. Secara pribadi saya bersyukur karena pada pelaksanaan ujian yang digelar di tingkat SMA/MA/SMK berjalan lancar. Tentu ini merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya yang ditugasi sebagai ketua panitia tingkat kabupaten. Beberapa insiden kecil karena ada beberapa nomer soal yang tidak terbaca bisa diatasi atas kerja sama panitia pengawas dan TPI di sekolah, juga anak-anak yang sakit dan kesandung masalah dengan kepolisian dapat terlayani menambah membanggakan hati saya.
Yang mengganjal dihati saya ketika saya baca polling yang sengaja diposting di Jipkendal untuk menilai kejujuran pelaksanaan ujian nasional ternyata hasilnya mengejutkan. 78 % responden mengatakan bahwa pelaksanaan ujian nasional kali ini tidak jujur dan hanya 22 % saja yang mengatakan bahwa ujian nasional ini jujur. Memang kalau dilihat dari jumlah datanya belum representatif tetapi bagi saya ini cukup merisaukan. Sudah demikian burukkah kita ini sehingga kita (para praktisi pendidikan) ternyata tidak bisa memegang amanah lalu mungkinkah kita menghasilkan generasi yang jujur??? Semoga Allah mengampuni!!

Jumat, 25 April 2008

Catatan Monitoring Bersama Wakil Bupati

Hari pertama ujian nasional panitia ujian nasional bersama Kadinas dan Wakil Bupati Kendal mengadakan monitoring pelaksanaan ujian nasional. Mestinya panitia sudah menyiapkan SMA1, SMK1. SMK 2 dan MAN Kendal untuk dikunjungi Wakil Bupati, tetapi ternya bu Markesi (Wakil Bupati Kendal) meminta yang berbeda, beliau meminta untuk mengunjungi Kecamatan Kaliwungu dan Boja.
Pak Hasbi (Kakandedpag Kendal) ternyata tetap meminta Wakil Bupati untuk datang di MAN, dan belaiau setuju sebagai sekolah peryama yang akan dikunjungi. kemudian ke SMK 4 Kendal, SMA kaliwungu dan SMAN Boja.
Kunjungan ke MAN kendal dilakukan hanya beberapa saat, tak ada kejadian istimewa di sana. Setelah berkeliling dan mengamati jalannya UN dari luar kelas perjalanan dil;anjutkan ke SMK 4 Kendal.
Kepala Sekolahnya Laki-laki ya pak ?
Sebelum masuk di SMAN Kaliwungu ketika baru turun dari Mobil Bu Wabup sempat bertanya pada pak saya: Kepala sekolahnya laki-laki ya pak Utomo? Saya agak bingung menjawab karena bu Prayekti kepala SMA 1 kaliwungu sudah di depan beliau. Sepanjang peninjauan keliling sekolah belaiau banyak menyarankan tentang penataan lingkungan bahkan secara khusus meminta kepala sekolah untuk membersihkan lingkungan depan sekolah diluar pagar yang rumputnya kurang tertata dan di bagian ujung sebelah barat digunakan untuk pembuangan sampah. Rupanya pertanyaan itu berkaitan dengan pengelolaan kebersihan sekolah. Mungkin beliau berasumsi kalau kepala sekolahnya laki-laki itu kurang peduli pada kebersihan.

Monitoring di SMA Boja
Sejak memasuki pintu gerbang SMA Boja BU Wabup sudah berkomentar positif tentang kebersihan sekolah. Berkali-kali belaiu memuji pengelolaan lingkungan sekolah yang tertata apik. Memang wajar jkarena di SMA Boja selain rindang, hampir semua sudut sekolah terjaga kebersihannya. Bahkan di setiap sudut ditemukan taman-taman sekolah yang tertata rapi, tempat duduk siswa untuk istirahat dan area sekolah yang sudah difasilitasi dengan hot spot. Benar-benar lingkungan belajar yang menyenangkan. Bahkan belaiau sempat menengok WC dan kamar mandi siswa yang bersih dan tempat parkir yang tertata rapi. Sejauh mata memandang tak ada sampah sedikitpun yang terlihat.

Mengapa tidak disini yang dijadikan SBI?

Sambil meninjau bagian barat sekolah yang dijadikan sebagai sport center karena tempat ini dikhususkan untuk arena olahraga beliau sempat menanyakan kepada Kadinas Dikpora Mengapa tidak SMA BOja yang dijadikan SBI? Beliau berargumentasi bahwa SMA Boja lebih siap dari sisi infra struktur dan penataan lingkungan serta fasilitasnya. Lingkungan sekolah yang sejuk dan bersih, taman sekolah yang tertata, fasilitas ICT yang lengkap, guru yang bersemangat dan menurut beliau dengan penataan yang demikian maka bisa dipastikan kepedulian guru pada murid dan lingkungan pasti baik. Wah rupanya kami pak Kepala Dinas, dan saya agak kesulitan menjawab, tapi untung Bu Mulyani bisa memberikan argumentasi meskipun rupanya belum memuaskan beliau juga.
Akhirnya perjalanan monitoring dikakhiri dengan makan siang bersama dan kamipun kembali ke kantor masing-masing dengan menyisakan PR tentang SBI.

Kamis, 03 April 2008

Aspek Moral Dalam Ujian Nasional

Harus diakui bahwa menghadapi pelaksanaan Ujian Nasional yang persyaratan lulusnya makin meningkat menimbulkan kekhawatiran berbagai pihak. Siswa jelas khawatir jangan-jangan dia tidak lulus, pasti kena marah orang tua dan malu dihadapan teman. Orang tua khawatir anaknya tidak lulus, artinya sudah kehilangan sekian juta rupiah dan harga diri sebagai orang tua. Guru khawatir dianggap tidak profesional karena siswanya banyak yang tak lulus. Kepala sekolah pun tentu sangat khawatir karena bisa dianggap tidak bisa memimpin sekolahnya. Bahkan kepala Dinas dan Bupati/walikota sampai menteripun khawatir terhadap kelulusan ujian nasional.
Wajarkah ?
Sebenarnya kekhawatiran yang demikian sangatlah wajar, karena hal ini menunjukkan adanya rasa tanggungjawab. Yang menjadi persoalan adalah cara mensikapi kekhawatiran itu. Kekhawatiran yang disikapi secara positif akan melahirkan tindakan-tindakan positif, sebaliknya kekhawatiran yang disikapi negatif juga akan melahirkan tindakan negatif. Secara psikologis siswa yang khawatir berlebihan terhadap hasil ujian nasional malah bisa kontra produktif. Konsentrasi belajar bisa hilang, gugup menghadapi sesuatu dan bisa diprediksi kalau cara mensikapinya demikian kekhawatiran tidak lulus ujian itu malah akan terwujud benar-benar menjadi tidak lulus. Tindakan-tindakan negatifpun bisa terwujud akibat kekhawatiran yang berlebihan. Banyak kasus yang terungkap bahwa anak menyontek, mencari kunci jawaban ilegal, bahkan membayar joki ujian nasional adalah cara-cara nyata menghadapi ujian dengan kacamata yang negatif. Maksudnya baik dengan cara yang tidak baik.
Dampak negatif yang timbul akan menjadi lebih parah jika cara-cara negatif itu dilakukan oleh guru atau pejabat yang bertanggungjawab di bidang pendidikan. Beberapa kasus pada pelaksanaan ujian tahun-tahun lalu ditemukan kecurangan yang dilakukan oleh guru yang ternyta ada sebagian diantaranya dilakukan sepengetahuan bahkan atas perintah resmi kepala sekolah atau kepala dinas bahkan juga pada beberapa daerah oleh penguasa tertinggi daerah. Dengan alasan menjaga gengsi meningkatkan rata-rata nilai atau rata-rata jumlah kelulusan dan ranking daerah cara-cara haram itu dilakukan.
Dampak moral
Kebijakan yang salah dan cara yang salah mensikapi pelaksanaan ujian nasional dengan melonggarkan pengawasan, mengkondisikan anak untuk bekerja sama atau bahkan memberikan kunci jawaban tidak saja mencoreng pelaksanaan ujian itu sendiri. Lebih jauh jika kita kaitkan dengan tujuan pendidikan yang menekankan pada pembentukan moral dan peningkatan kemampuan peserta didik maka perilaku -perilaku kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional itu justru kontradiktif dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
Artinya bahwa jika kecurangan itu sengaja dilakukan maka secara ekstrim dapat dikatakan bahwa secara sengaja kita mengarahkan anak didik kita untuk memiliki moralitas yang bertentangan dengan tujuan pendidikan. Jikapun hasil ujian itu rata-rata nilai maupun kelulusan atau peringkatnya bagus ditingkat propinsi atau nasional itu adalah prestasi semu.
Resikonya memang sudah dapat diprediksi, nilai rata-rata mungkin akan turun atau prosentase kelulusan akan menurun apalagi peringkat tentu tidak bisa dipertahankan. Namun demikian apalah artinya peringkat, dan angka-angka yang tinggi jika ternyata itu semua adalah semu bahkan meracuni anak dan melatih anak sejak dini untuk tidak jujur.
Sekarang tantangan kita adalah ;BERANIKAH KITA SEMUA MELIHAT KENYATAAN INI?

Senin, 10 Maret 2008

M. Nugroho: selamat malam pakANOM UTOMO: malam masM. Nugroho: maaf soal tadi pakANOM UTOMO: ndak apa apa ANOM UTOMO: saya harapkan ict di kendal majuM. Nugroho: dokumen2 dinas yang akan dipublikasikan bisa di cantumkan di pustakamayaM. Nugroho: tadi pak yosi juga sudah saya beri adminM. Nugroho: http://118.98.162.132/pustakamayaANOM UTOMO: tahun ini ada bloggrant mgmpANOM UTOMO: ada sekolah mandiriM. Nugroho: http://pustakamaya.ictcenter-kendal.netM. Nugroho: iya pakANOM UTOMO: saya harap mereka punya produkANOM UTOMO: yang bisa dipakai semua sekolahANOM UTOMO: makanyaANOM UTOMO: kalau ketua mgmpANOM UTOMO: diberi kesempatanANOM UTOMO: untuk ngisi dan update materiANOM UTOMO: luar biasaANOM UTOMO: tes online untuk semua mapel pun bisaANOM UTOMO: makanya saya dorongANOM UTOMO: mas hendyANOM UTOMO: untuk share dg yang lainM. Nugroho: iya pakM. Nugroho: itu kesalahan sayaM. Nugroho: saya berkutat dengan ngoprek2 programM. Nugroho: lupa pemanfaatannyaANOM UTOMO: artinya dg share ituANOM UTOMO: kelemahan kita bisa ditutup yang lainM. Nugroho: iya pakM. Nugroho: ini nuwun sewu, lewat pak Ut secara informal sajaANOM UTOMO: coba kalau semua pengurus mgmpM. Nugroho: diinformasikan kepada teman2 untuk mengisi kontenANOM UTOMO: sudah familiar dg pustakamayaM. Nugroho: nanti saya beri fasilitas adminM. Nugroho: kalo saya mungkin ndak dipercayaM. Nugroho: kalo pak Ut yang ngutus kan mungkin lebih bagusANOM UTOMO: jangan hanya sayaANOM UTOMO: kalau saya nggak mempanpunANOM UTOMO: kan masih ada kadinasM. Nugroho: hehee ANOM UTOMO: saya all outM. Nugroho: berarti formal pakANOM UTOMO: yang penting bagaimana MAJUANOM UTOMO: meskipun saya harus tertinggalANOM UTOMO: tahap awal saya akan minta setiap mgmpANOM UTOMO: bikin bahan ajarANOM UTOMO: dan tes untuk tiap KDM. Nugroho: iya pakM. Nugroho: saya juga senang bisa kalo bisa membantuM. Nugroho: o ya pak, besok Rabu pak Kardiyono pendamping propinsi mau ke KendalM. Nugroho: rencana juga ke DinasM. Nugroho: karena ndak ada surat resmi, saya minta buat emailM. Nugroho: sebaiknya bertemu siapa ya pak??ANOM UTOMO: jam berapa?ANOM UTOMO: kalau pagi bisa ketemu sayaANOM UTOMO: semua kabid besuk ada tugas luarANOM UTOMO: setelah jam 8M. Nugroho: Rabu pak

Sabtu, 08 Maret 2008

Mesu Budi Penegak Hukum

HUKUM itu tidak hanya mampu bekerja biasa-biasa atau datar-datar saja, tapi juga secara luar biasa. Itu saya sebut tiwikrama, seperti Prabu Kresna yang apabila ber-tiwikrama lalu berubah menjadi raksasa yang mengerikan. Sebaiknya kita mengajak publik untuk menjadi lebih cerdas dengan mengatakan bahwa kualitas penegakan hukum itu dapat bermacam-macam, mulai dari yang lembek sampai yang keras dan yang luar biasa.Penegakan hukum tidak sama dengan menerapkan undang-undang (UU) seperti mesin begitu saja. Penegakan hukum adalah lebih dari itu. Kualitas dan intensitas penegakan hukum dapat berbeda-beda. Hukum juga dapat ber-tiwikrama dan mengeluarkan kekuatan yang sangat besar.Dalam khazanah spiritual Jawa, kita mengenal kata mesu budi, yaitu pengerahan sekalian potensi kejiwaan yang ada dalam diri kita untuk mencapai suatu tujuan. Tiwikrama oleh hukum juga terjadi karena para penegak hukum dalam menjalankan hukum melakukannya dengan cara mesu budi.Kualitas negara hukum kita menjadi berbeda manakala hukum dijalankan seperti itu. Karena Timur lebih menitikberatkan kepada dimensi spiritual, maka mesu budi itu juga lebih banyak dibicarakan dalam ranah spiritual, seperti melakukan tapa brata atau hidup asketis.Beberapa waktu lalu, di Gereja Stasi Santo Petrus, Semarang, diselenggarakan pertunjukan monolog reflektif menyambut 2008 bernama ”Mati Sajroning Urip” (mati di dalam hidup) (Kompas Jawa Tengah, 2 Januari 2008).Pertunjukan tersebut berisi ajakan untuk mematikan ego yang hanya merugikan diri sendiri dan sesama. Itulah contoh aktivitas mesu budi sebagaimana banyak dipahami dan diterapkan di Timur. Konsep mesu budi dan tiwikrama sebaiknya kita perluas sehingga juga memasuki ranah penegakan hukum, baik kejaksaan, kepolisian, maupun pengadilan.Pada hemat saya, mesu budi itu masih sangat relevan, bahkan juga pda abad ke-21 ini. Abad ke-21 semakin marak dan dipadati oleh teknologi, sains, dan berpikir rasional. Kendati hidup dalam suasana yang demikian, sikap mesu budi itu tetap bernilai tinggi; karena tanpa bersikap demikian, sains dan teknologi hanya akan lebih membawa malapetaka.Dalam dunia hukum, cara berhukum dapat dilakukan menurut bunyi formal teks UU serta posedurnya (black letter law). Itulah cara yang masih dominan dalam hukum di Indonesia dewasa ini. Itu adalah cara menjalankan hukum yang paling mudah dan sederhana.Konon di antara para penegak hukum, cara itu juga dianggap paling aman untuk dijalankan, seraya menunggu datangnya hari pensiun. Oleh karena itu, sangat sedikit jumlah mereka yang mau menjadi vigilante (pejuang) dalam penegakan hukum, seperti dilakukan oleh Hakim Agung Adi Andojo Soetjipto waktu ingin membongkar kolusi di Mahkamah Agung (MA) pada 1993.
Sang Pejuang TerpentalPenegakan hukum model pejuang tersebut memang berisiko tinggi. Itu terjadi pada hakim Adi Andojo yang —demi kecintaannya kepada institut MA— tergerak untuk memperbaiki citra badan pengadilan tertinggi tersebut. Sang pejuang malah terpental; itulah risikonya.Hakim Agung Adi Andojo adalah satu contoh dari penegak hukum yang melakukan mesu budi itu. Hakim-hakim agung lain yang tidak mesu budi, yang tidak berbuat ”macam-macam”, yang mengikuti petunjuk dari buku-buku dengan baik-baik (rule book model), memang selamat dalam meniti karirnya.Tetapi hakim macam manakah, yang lebih berjasa untuk bangsa, apalagi dalam suasana kemerosotan mental seperti sekarang ini? Buat saya, adalah yang melakukan mesu budi itu.Saya sependapat dengan Paul Scholten, salah seorang raksasa pemikir hukum Belanda, bahwa hukum itu menyimpan kekuatan pendobrak (expansiekracht) untuk keluar dari kemandekan. Ekspansiekracht terjadi pada saat Prabu Kresna ber-tiwikrama dan kekuatannya menjadi berlipat ganda. Maka kekuatan pendobrak hukum itu juga hanya akan muncul (manifest) di tangan penegak hukum yang menjalankan tugasnya dengan mesu budi.Memang tidak ada mata kuliah mesu budi dalam kurikulum fakultas hukum perguruan tinggi di Indonesia. Hukum diajarkan secara formal dan datar-datar (linear) saja. Itu merupakan kekurangan besar, terutama pada waktu dari dalam fakultas-fakultas tersebut diharapkan muncul para vigilante hukum yang mampu melawan kekuatan hitam yang ingin menghancurkan Indonesia, seperti korupsi, narkoba, dan perusakan lingkungan.Kita mengenal konsep menjalankan pekerjaan dengan cara beyond the call of duty, yaitu bertindak lebih dari yang diwajibkan. Maka, sejalan dengan pikiran tersebut, mesu budi dalam penegakan hukum adalah menjalankan hukum dengan kualitas beyond the call of rule. Mengapa Hakim Agung Adi Andojo tidak duduk manis saja selama menjabat hakim agung? Jawabannya adalah, karena ia termasuk kategori hakim yang menjalankan pekerjaannya dengan kualitas dan tujuan beyond the call of rule. Adi Andojo gelisah atas rendahnya citra MA di mata masyarakat, sedangkan yang lain-lain duduk manis saja karena berpikir ”tugas saya hanya memeriksa dan mengadili”.Untuk menghadapi keadaan luar biasa dewasa ini, kita lebih membutuhkan mereka yang mesu budi daripada mereka yang memilih menjalankan hukum seperti mesin. Apakah saya sedang bermimpi dan berkhayal? Tidak juga, karena survai Bank Dunia 2005 masih menemukan jaksa-jaksa dan hakim-hakim kecil di daerah-daerah yang menjalankan pekerjaannya dengan cara-cara luar biasa, tanpa ada yang menyuruh.Sayangnya, dalam suasana bangsa yang korup seperti sekarang ini, mereka justru dikucilkan oleh lingkungannya, atau ”dibuang” jauh-jauh. Mari kita berikan tepuk tangan dan dukungan kepada orang-orang kecil yang bekerja secara diam-diam di pelosok itu, sebab sekarang kita sungguh membutuhkan hukum yang ber-tiwikrama.(68)–– Prof Satjipto Rahardjo SH, Guru Besar Fakultas Hukum Undip Semarang. (SM 8/3/08)

Sabtu, 09 Februari 2008

Diskusi dengan Ka BKLN

ANOM UTOMO: Selamat malam pak, mohon informasi program schoolnet th 2008 apa masih seperti th 2007 yang lalu .
gatot hari: sdh nggak ada lagi mas...
gatot hari: daerah harus memakai dananya sendiri utk bersambung dgn internet..
ANOM UTOMO: kami sudah siapkan dana tapi kecil
ANOM UTOMO: dan masih ada daerah yang speedy belum masuk
ANOM UTOMO: insya Allah target kami semua SMA/SMK tersambung
ANOM UTOMO: paling lambat akhir tahun ini
gatot hari: berapa sekolah yg sdh tersambung internet?
ANOM UTOMO: dari 30 SMA dan 22 SMK sudah tinggal 17 sekolah yang belum pak
ANOM UTOMO: kami sudah siapkan dana 100 juta di APBD
ANOM UTOMO: tapi masih dibahas di DPR minggu depan
ANOM UTOMO: yang sudah tersambung belum optimal karena masih dial up
gatot hari: saran dana yg 100 jua harus di sharing dgn sekolah juga sehingga makin banyak yg bisa tersambung...
gatot hari: anda di kab mana?
ANOM UTOMO: Kendal pak
gatot hari: sdh berapa yg tersambung? pada level mana saja..?
ANOM UTOMO: baru tersambung, tapi pemanfaatannya belum optimal
ANOM UTOMO: sudah 35 sekolah dari 52 pakANOM UTOMO: khusus DikmenANOM UTOMO: SMP dan SD lebih
ANOM UTOMO: lewat program yang tahun lalu
ANOM UTOMO: yang clien ict saja 43
ANOM UTOMO: tapi pada nggak aktif
gatot hari: mungkin belum tahu manfaatnya...
gatot hari: memang pelan tapi pasti...akan mendorong guru utk disiapkan dgn it...
gatot hari: trtm mgmp...
ANOM UTOMO: kalau Pustakamaya sudah Ok mungkin akan lebih banyak yang aktif pak
ANOM UTOMO: kami punya millis http://asia.groups.yahoo.com/group/Pendidikan_Menengah/
gatot hari: bagus..terus di kembangkan saja...

Jumat, 01 Februari 2008

Kekerasan Guru Pada Anak

Pagi tadi, dirumahku aku kedatangan tamu. Kebetulan saja hari Sabtu aku nggak ada agenda khusus selain ngecek kesiapan Trayout UN tahap I. Dia sudah saya kenal lama, sehingga secara pribadi saya dekat dengannya. Selain itu kalau dihitung masa tugasnya di jajaran pendidikan beliau termasuk senior.
Entah apa maksud kedatangannya ke rumahku, karena nggak biasanya dia berkunjung. Dia hanya cerita tentang putranya di sekolah.
Anaknya saat ini duduk di kelas II di salah satu SMA di Kab.Kendal. Saat semester I kelas satu nilainya bagus-bagus, hampir-hampir nggak ada nilai 7 nya. Tapi di semester II pada salah satu mata pelajaran nilainya turun drastis, dari 9 menjadi 7. Dia menyadari benar akan prestasi yang barangkali tidak konstan ini. Tetapi sebagai orang tua dalam hatinya bertanya-tanya mengapa hal ini tidak terdeteksi sejak dini oleh guru sehingga sebagai orang tua bisa mengarahkan dan membimbing anaknya belajar lebih keras lagi sehingga nilainya minimal dapat dipertahankan.
Mengapa sebagai orang tua tidak pernah mendapatkan laporan dari guru tentang kondisi anaknya di sekolah? Mengapa sebagai orang tua hanya diberi hasil akhir saja yang ternyata jauh dari harapannya? Dia merasa dengan nilai ini cita-cita anaknya untuk bisa masuk perguruan tinggi melalui jalur PMDK telah pupus.
Ternyata nilai 7 pun bisa memadamkan cita-cita besar anak dan orang tua dan mengkandaskan mimpi besar untuk merajut masa depan yang lebih baik..
Apakah ini termasuk "kekerasan guru pada murid?",...

Minggu, 27 Januari 2008

PakHarto dan Aku (oleh : Sukardi Rinakit)

PAGI itu, 9 Juni 1999. Aku bertanya kepada Pak Harto, ''Seandainya Bapak masih Presiden, apakah saya akan diangkat jadi menteri?'' Pak Harto tersenyum kebapakan, memandang dengan mata berbinar dan menjawab lugas, ''Ya!'' Katanya sambil mengangguk.
Itulah salah satu kenanganku mengiringi kepergian Pak Harto, Minggu siang, 27 Januari 2008, pukul 13.10. Kesan kuat terpancar bahwa tokoh nomor satu Orde Baru itu pada dasarnya adalah sosok yang polos. Mudah percaya pada orang lain. Baru bertemu sekali saja, mungkin merasa cocok sehingga bisa berbicara apa saja, sudah menaruh percaya. Bahkan berani menjamin aku akan diangkat jadi menteri seandainya beliau masih presiden.
Apakah sikap seperti itu adalah karakter alamiah Pak Harto ataukah kepasrahan setelah sepuh dan tidak menjabat lagi? Entahlah. Sebab cerita yang beredar di ranah publik, selama ini, terutama di kalangan orang yang antibeliau adalah sebaliknya. Mereka melihatnya sebagai sosok yang tidak mudah percaya pada seseorang.
Aku cenderung tidak setuju dengan argumen itu. Rasanya lebih tepat jika dikatakan karena pengalaman yang luas dan dalam, Pak Harto bisa meraba karakter lawan bicaranya. Oleh sebab itu, kesannya menjadi mudah percaya pada seseorang.
Tapi kemampuan untuk meraba hati terdalam lawan bicara itu menurun seiring dengan umur yang semakin meninggi. Hal ini, salah satunya, juga disebabkan oleh semakin terbatasnya serapan informasi yang didapat.
Selain itu juga karena tidak adanya partner diskusi karena teman-teman seangkatan yang dipercayainya sudah meninggal. Terbukti ketika tekanan reformasi menguat, Pak Harto ditinggalkan oleh orang-orang yang sebelumnya berkerumun di sekitarnya. Ini menandakan dia sudah tidak jeli lagi meraba hati para pembantunya. Oleh sebab itu, secara pribadi saya hormat pada almarhum SjaĆ­adilah Mursjid (mantan Menteri Sekretaris Negara), dan Anton Tabah (mantan sekretaris pribadi Pak Harto). Mereka adalah bagian dari sedikit orang yang dengan tulus masih mau menjadi ''teman'' Pak Harto.
Pak Harto lalu bergurau, bahwa saya telat lahir. Karena baru bertemu dia setelah tidak berkuasa. Jika tidak, jabatan menteri sudah di tangan dari dulu. Pertemuan itu pun untuk wawancara demi kepentingan penyusunan disertasi doktoral saya di bidang politik militer. Sebagai salah satu sesepuh TNI, Pak Harto tentu bisa memprediksi masa depan militer.
Tidak Mudah
Ketika aku mengatakan, tentara sudah melempar dadu politiknya sebagai akibat tekanan reformasi dan bertanya mengenai kemungkinan militer masuk barak, Pak Harto justru bertanya, ''Apa agenda reformasi kalian?''. Jujur, mulutku tercekat. Tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
Kukatakan apa adanya pada Pak Harto. Agenda reformasi ketika itu adalah menjatuhkan Pak Harto. Titik. Dia menggeleng pelan, lalu berkata, ''Itulah bahayanya jika segala sesuatu tidak dipersiapkan dengan matang.''
Reformasi itu baik, tapi mengatur negara itu tidak mudah, maka segala sesuatu harus dipersiapkan. Jika madu kecampuran racun, ambil madunya. Jika emas kecampuran kotoran, ambilah emasnya. Jadi semuanya tidak dibuang begitu saja.
Selanjutnya dia menjelaskan, hampir mustahil tentara itu masuk barak secara total. Latar sejarah, kondisi geografis dan kemajemukan masyarakat Indonesia secara alamiah menuntut mereka untuk terlibat politik. Artinya, reposisi dan reaktualisasi peran militer tidak harus berarti tentara itu nirpolitik. Hanya kadar keterlibatannya saja yang berbeda.
Sampai kapan pun, tentara bukan hanya akan terlibat dalam urusan perang, tetapi juga nonperang. Kehadiran di medan nonperang ini, meskipun murni kegiatan sosial-kemanusiaan, dapat berubah menjadi aktivistas politik jika politisi sipil menarik-narik mereka masuk ke ranah politik praktis. Terlebih-lebih jika politisi itu ambisi pribadinya lebih besar dari cita-citanya.
Bagi para politisi seperti itu, struktur organisasi militer yang membelah dari pusat sampai ke daerah, yang fungsi utamanya adalah untuk menjaga pertahanan dan keamanan negara, oleh mereka dipandang sebagai sebuah sumber daya politik. Tidak mengherankan jika dalam perjalanan sejarah bangsa, banyak politisi sipil mencoba bersandar pada bahu militer agar bisa mengkapitalisasi sumber daya politik tersebut.
Penjelasan Pak Harto itu sejalan dengan pandangan para analis militer pada umumnya. Bagi mereka, memang politisi sipil yang seringkali menjadi pemicu masuknya kembali militer ke ranah politik.
Sampai di sini aku sadar, tulisan ini menjadi terasa kering jika mengupas dialog-dialog yag serius dengan Pak Harto. Sisi kemanusiaan yang selektif, tampaknya justru lebih menarik untuk diceritakan.
Seperti sudah diketahui publik, Pak Harto itu adalah orang cerdas. Daya ingatnya luar biasa. Masih hafal produksi beras tiap tahun, pertumbuhan ekonomi, tingkat keberhasilan keluarga berencana, dan lain-lain. Ketika aku bertanya siapa mantan menteri yang paham dengan cara pikir Pak Harto dan baik untuk aku ajak ''diskusi'' mengenai masalah-masalah ekonomi, Pak Harto menjawab, ''Pak Marlin'' (maksudnya JB Sumarlin).
Jawaban itu membuat aku sedikit terkejut. Karena seperti teman-teman lain, selama ini aku dibelenggu oleh pemahaman tunggal bahwa dewa pembangunan ekonomi kita adalah Widjojo Nitisastro. Setidaknya akhirnya aku tahu, peran semua menteri, termasuk JB Sumarlin, ternyata ikut menentukan arah Republik. Tidak ada pemain tunggal di sini.
Aku lalu bercerita pada Pak Harto tentang cita-citaku sewaktu kecil, yaitu ingin setiap hari bisa makan telur satu biji. Aku enam bersaudara, karena keterbatasan ekonomi, Emak hanya bisa menggoreng telur sebiji seminggu. Jadi digoreng tipis dan dipotong-potong enam. Bapak dan Emak mengalah tidak mendapatkan potongan telur itu.
Pak Harto tertawa renyah mendengar ceritaku itu. Tapi aku menangkap matanya memancarkan keprihatinan mendengar kisah tersebut. Tiba-tiba perasaan bersalah bergelayut karena menceritakan hal bodoh itu. Agar membuatnya segera gembira, aku cepat menyambar dengan kalimat, ''Tapi saya sekarang sudah bosan makan telur dan ayam.''
Beliau tersenyum. Lalu berkata, ''Iya. Sekarang kamu sudah punya handphone, sekolah di luar negeri, calon doktor. Jangan-jangan malah sudah bosan makan steak!,'' katanya sambil tertawa.
Dengan muka serius Pak Harto menceritakan bahwa untuk bisa membuat semua orang bisa makan telur, bosan makan ayam, mengenyam pendidikan dan kesehatan, dibutuhkan perjuangan yang berat dalam tempo panjang. Tidak mudah mencapai semua itu. Kecurigaan, kritik, caci maki, menjadi makanan tiap hari. Ini belum kalau tekanan internasional ikut diperhitungkan. Lembaga-lembaga internasional itu seringkali ingin mendikte kebijakan pembangunan nasional.
Pak Harto lalu menyampaikan bahwa dalam hidup itu, perbuatan baik dan buruk akan mengikuti sampai ajal. Jika niatnya baik, seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan. Mungkin ada akibat kurang baik di sini karena keputusan itu. Tetapi mayoritas rakyat mendapatkan manfaat dari kebijakan tersebut.
Tentu masih banyak persoalan yang kami diskusikan termasuk keprihatinan pada jalannya reformasi yang tanpa agenda. Tapi dari sedikit hal yang sudah aku tulis itu, seandainya saat ini aku Presiden, aku akan segera mengambil keputusan mengenai kasus hukum Pak Harto.
Aku hanya akan mendengar suara mayoritas rakyat untuk mengambil langkah politik itu. Jika mayoritas rakyat menghendaki Pak Harto dimaafkan, maka atas nama bangsa dan negara, sikap itu yang akan saya ambil.
Aku tahu, apapun keputusan mengenai Pak Harto, di dalamnya menganga kontroversi. Ada yang suka, ada yang tidak! Tapi seorang pemimpin, ibarat seorang dirijen, harus berani membelakangi orang-orang yang ingin dipuaskan. Tanpa itu, konser tidak akan berjalan sempurna. Dengan istilah lain, persoalan jangan digantung seperti sekarang.
Minggu kemarin, 27 Januari 2008, aku menenggelamkan diri untuk merenungi kata-kata Pak Harto bahwa musuh kita itu sejatinya bukan Pak Harto atau yang lain. Musuh kita itu sebenarnya adalah Amerika Serikat, China, India dan lain-lain.
Kita akan ''bertarung'' dengan mereka di masa depan. Kalau kita tidak membangun sumber daya manusia yang tangguh, kita akan digulung mereka. Anda mau mengalami itu? Saya tidak!(77)
- Penulis adalah Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate

Sabtu, 12 Januari 2008

Gambaran Bidang Dikmen Akhir 2008

Bidang dikmen yang mulai aktif sejak diberlakukannya SOTK baru dan pengisian jabatan tanggal 28 Desember 2007 adalah pecahan subdin pendidikan dan pengajaran yang hanya mengurus SMA dan SMK ditambah pengurusan sarana prasarana SMA/SMK.
Sebagai pejabat baru yang ditunjuk untuk bekerja bersama teman-teman lain maka langkah pertama adalah mengumpulkan data sebagai pijakan awal bekerja, dan mengidentifikasi potensi, peluang dan tantangan yang ada.
Berdasarkan analisis itu maka mulai menetapkan sasaran tahunan antara lain :
1. Meningkatkan APK pendidikan menengah dari 43 menjadi 47
2. Meningkatkan rata-rata nilai ujian nasional 0,2
3. Menambah jumlah SSN sebanyak 2 sekolah
4. Mewujudakan adanya tambahan 1 SMA rintisan SBI
5. Menambah jumlah SMK 2 buah
6. Membangun jaringan internet di semua SMA/SMK yang ada sehingga seluruh sekolah terhubung dengan jardiknas
7. Merintis komunikasi antar sekolah dan antar dinas secara 'paperless'
8. Mewujudkan manajemen standar ISO di bidang dikmen
9. Mempertahankan perolehan medali emas, dan perak dalam olimpiade biologi nasional.
10. Meningkatkan prestasi perolehan medali perunggu menjadi medali perak pada olimpiade nasional fisika
11. Memperoleh juara pertama lomba pelajar teladan tingkat jawa tengah
12. Mendorong guru untuk mengikuti lomba pembuatan media pembelajaran dan memperoleh juara tingkat jawa tengah
13. Mendorong guru melaksanakan PTK sebanyak 20 laporan
14. Mendorong kepemilikan blog guru sebanyak 20 blog
15. Mendorong terwujudnya majalah sekolah minimal 2 sekolah
16. Menjadi juara 3 debat bahasa inggris tingkat jawa tengah
17. Mempertahankan juara I lomba PKS SMK tingkat nasional
Semoga sasaran ini dapat tercapai, dan mohon bantuan dan kerjasama semua pihak untuk mewujudkan sasaran tersebut.

Selasa, 08 Januari 2008

Pengembangan ICT dan Millis Dikmen

M. Nugroho: sugeng ndalu pakANOM UTOMO: ya mas, dimana?M. Nugroho: biasa pak, di rumahM. Nugroho: kok malem2 masih OL pakANOM UTOMO: ya, nyari pak gatotM. Nugroho: ooh ..ANOM UTOMO: beliau onlineM. Nugroho: o ya pak, selamat ya pakANOM UTOMO: bagaimana perkembangan ictnya mas?M. Nugroho: alhamdulillah pak, belom ada perkembangan berartiANOM UTOMO: saya berharap ada percepatanANOM UTOMO: dan dimanfaatkan sesuai programnya pak GatotANOM UTOMO: tolong buka jipkendal.blogspot.comANOM UTOMO: saya barusan ngutip tulisan pak gatotM. Nugroho: hehehe .. sudah pakANOM UTOMO: Saya harap SMK 1 bisa merespon iniANOM UTOMO: Mulai tahun ini, saya sudah siapkan reward2 untuk yang proaktifANOM UTOMO: bias kita bisa leading di pengembangan ictM. Nugroho: soalnya terus terang beberapa bulan terakhir konsentrasi saya terpecahANOM UTOMO: jangan kerja sendiriANOM UTOMO: nanti bikin team yang tangguhANOM UTOMO: Tolong saya dikasih tahu kesulitan-kesulitannyaANOM UTOMO: nanti kita pecahkan bersamaM. Nugroho: ya dari dulu rencana saya begitu pak, tapi ya selalu ndak bisaANOM UTOMO: apa hambatannya?M. Nugroho: sdm pakM. Nugroho: di SMK 1 sebenarnya banyak yang menguasai TIM. Nugroho: sekarang aja ada 4 yang ambil S2 TIM. Nugroho: tapi masing2 punya kesibukanM. Nugroho: saya rencanakan share dengan teman2 luar SMK 1ANOM UTOMO: Harusnya begituM. Nugroho: tapi ini kerjaan volunteerANOM UTOMO: kalau tidak kita rugi,ANOM UTOMO: sudah ada fasilitas begitu, kurang optimalM. Nugroho: berikutnya adalah masterplanM. Nugroho: saya tidak optimis planning pak Gatot bisa sustainableANOM UTOMO: Justru yang melanjutkan itu kitaM. Nugroho: lha maka itu pak ANOM UTOMO: jangan mengandalkan pusat terusANOM UTOMO: sudah untung dikasih fasilitas ANOM UTOMO: dan beasiswaANOM UTOMO: mestinya itu tanggungjawan daerah dan sekolah sendiriM. Nugroho: ya itu poinnya pakM. Nugroho: bukan saya mau merendahkan sekolah saya sendiriANOM UTOMO: Maka harus ada langkah2 konkritM. Nugroho: tapi wawasan sekolah terhadap pengembangan IT agaknya masih kurangANOM UTOMO: Perttama nanti kita buat perencanaan yang matangANOM UTOMO: terus perencanaan itu kita pasarkan ANOM UTOMO: ke stake holderANOM UTOMO: kalau diam-diam sajaANOM UTOMO: siapa yang tahu?ANOM UTOMO: Tolong saya dibantuANOM UTOMO: Target bidang Dikmen KendalM. Nugroho: saya siap membantu apa yang saya bisa pakANOM UTOMO: akhir tahun 2008ANOM UTOMO: semua sekolah terhubung jardiknasANOM UTOMO: semua kepala sekolah paham TIANOM UTOMO: Kalau nggak merespon dan nggak mau bel;ajarANOM UTOMO: nggak kita kasih bantuanANOM UTOMO: biar hidup sendiriANOM UTOMO: dengan biaya diri sendiriM. Nugroho: waktu saya mengajukan proposal client ict, saya sudah rencanakan tahap pengembangan s/d 5 tahunANOM UTOMO: tolong saya dikasih proposalnyaANOM UTOMO: saya akan backup penuhM. Nugroho: oke pakM. Nugroho: trus gini pakM. Nugroho: saat ini ICT center kan di SMK 1M. Nugroho: tapi saya berharap teman2 di sekolah lain yang potensial dilibatkanANOM UTOMO: Tidak hanya sekolah lain bahkan pemdapun harus terlibatM. Nugroho: mungkin Bapak bisa membantu menjembataniANOM UTOMO: karena kita nggak bisa hidup sendiriANOM UTOMO: harus ada dukungan pihak lainM. Nugroho: ya kalo begitu mungkin secepatnya kita perlu konsolidasiM. Nugroho: lagiANOM UTOMO: Ok, tolong siapkan proposalM. Nugroho: proposal apa pak??ANOM UTOMO: dan nama-nama guru yang potensial bisa bantu kitaANOM UTOMO: proposal pengembangan ICTM. Nugroho: ooh siapANOM UTOMO: kita ketemu secepatnyaANOM UTOMO: kalau bisa dalam minggu iniM. Nugroho: yang proposal, itu yang copy dulu saya kirim untuk client ict pakANOM UTOMO: minimal kita bisa konferenceM. Nugroho: boleh pakANOM UTOMO: kalau ada filenya saya bisa dikirimiANOM UTOMO: biar saya pelajariM. Nugroho: nanti saya coba cari lagi pakM. Nugroho: hard copy nya masih ada sepertinyaANOM UTOMO: kalau sudah ketemu tolong segera dikirimM. Nugroho: oke pakANOM UTOMO: Oh ya mas, bisa buka pustakamaya tidak?ANOM UTOMO: saya kok kesulitanM. Nugroho: miliknya diknas??M. Nugroho: atau pustakamaya.com??ANOM UTOMO: Ya,http://pustakamaya.diknas.go.id/ANOM UTOMO: milik perpustakaan nasional ANOM UTOMO: kerjasama dg pak gatotANOM UTOMO: untuk mendukung mutu pendidikanANOM UTOMO: dan satu juta mahasiswaM. Nugroho: sudah pernah membuka pakM. Nugroho: yang perpusdig juga leletANOM UTOMO: kok nggak bisa cari materi disanaANOM UTOMO: harus login duluANOM UTOMO: tapi ndaftarnya gimana?M. Nugroho: wah, tempat saya malah belom kebukaM. Nugroho: pakM. Nugroho: maaf, tadi kata p. Wawan dikmen mau buat milis ya pak??ANOM UTOMO: ya ANOM UTOMO: tolong dibikinkanANOM UTOMO: saya nggak bisaM. Nugroho: oke pakM. Nugroho: yang mo gabung otomatis apa pre request duluM. Nugroho: ??ANOM UTOMO: bagaimana caranya agar semua sma/smk gabungANOM UTOMO: kita batasi waktunyaANOM UTOMO: sebelum pebruariANOM UTOMO: mereka sudah gabungM. Nugroho: ya nanti harus subscribe (daftar ) dulu pakANOM UTOMO: besuk selasa saya sosialisasikan ke ksM. Nugroho: mau pakai nama apa nih pakANOM UTOMO: bidangdikmenkendalM. Nugroho: apa ndak kepanjangan pakM. Nugroho: nanti nulisnya to: bidangdikmenkendal@yahoogroups.comANOM UTOMO: dikmenkendal ya ndak apaM. Nugroho: oke pakM. Nugroho: o ya pakM. Nugroho: apa dinas ndak buat web aja pakM. Nugroho: masa blog, M. Nugroho: gratisanANOM UTOMO: saya pengin begituANOM UTOMO: sementara yang saya rintis pakai blog duluM. Nugroho: mestinya resmi pak, jangan pake gratisanANOM UTOMO: kalau bisa bantu saya senangM. Nugroho: ya nanti saya bantu buatkan pakM. Nugroho: tapi biaya hosting & domain jangan saya pakANOM UTOMO: ya beresM. Nugroho: diknaskendal.go.idM. Nugroho: atau apa??ANOM UTOMO: dikporakendalM. Nugroho: oke pakM. Nugroho: mudah2an minggu ini beres pakANOM UTOMO: terimakasihANOM UTOMO: lebih cepat lebih baikM. Nugroho: ya pakM. Nugroho: nanti saya usahakanANOM UTOMO: nanti artikel dan info yang ada di jip di mutasi yaM. Nugroho: boleh pakM. Nugroho: masa dinas kok pake web gratisanM. Nugroho: kalo personal sih wajarANOM UTOMO: kalau bekerja, yang dikerjakan yang bisa duluANOM UTOMO: jangan yang ideal tapi nggak terlaksanaANOM UTOMO: itu prinsip sayaANOM UTOMO: terus nanti kita kembangkan menjadi ANOM UTOMO: yang idealM. Nugroho: iya pakANOM UTOMO: yang penting actionANOM UTOMO: sambil mimpi yang idealM. Nugroho: hehehe ..ANOM UTOMO: jangan dibalikANOM UTOMO: mikir yang ideal nggak action2M. Nugroho: M. Nugroho: ini milisnya ditunggu apa ditinggal pakM. Nugroho: saya sedang kerjakan, ada beberapa step soalnyaANOM UTOMO: ditunggu bisaANOM UTOMO: saya sampai malam kokM. Nugroho: bisa aja pakM. Nugroho: bolehM. Nugroho: sudah pakANOM UTOMO: ngelolanya bagaimana?M. Nugroho: maksudnya pakM. Nugroho: ?ANOM UTOMO: kalau saya mau bukaANOM UTOMO: bagaimanaANOM UTOMO: dan kalau kirim infoM. Nugroho: groups.yahoo.com/group/dikmenM. Nugroho: ooh, tinggal posting biasa aja pakM. Nugroho: kepada/to: dikmenkendal@yahoogroups.comANOM UTOMO: saya cobaM. Nugroho: oke pakANOM UTOMO: bagaimana kalau sekolah mau gabung?M. Nugroho: seperti kalo mau ikut milis yang lain pak, tinggal kirim email kosong ke : dikmenkendal-subscribe@yahoogroups.comM. Nugroho: kalo mau keluar tinggal kirim email kosong ke: dikmenkendal-unsubscribe@yahoogroups.comANOM UTOMO: ok thanks