Pagi tadi, dirumahku aku kedatangan tamu. Kebetulan saja hari Sabtu aku nggak ada agenda khusus selain ngecek kesiapan Trayout UN tahap I. Dia sudah saya kenal lama, sehingga secara pribadi saya dekat dengannya. Selain itu kalau dihitung masa tugasnya di jajaran pendidikan beliau termasuk senior.
Entah apa maksud kedatangannya ke rumahku, karena nggak biasanya dia berkunjung. Dia hanya cerita tentang putranya di sekolah.
Anaknya saat ini duduk di kelas II di salah satu SMA di Kab.Kendal. Saat semester I kelas satu nilainya bagus-bagus, hampir-hampir nggak ada nilai 7 nya. Tapi di semester II pada salah satu mata pelajaran nilainya turun drastis, dari 9 menjadi 7. Dia menyadari benar akan prestasi yang barangkali tidak konstan ini. Tetapi sebagai orang tua dalam hatinya bertanya-tanya mengapa hal ini tidak terdeteksi sejak dini oleh guru sehingga sebagai orang tua bisa mengarahkan dan membimbing anaknya belajar lebih keras lagi sehingga nilainya minimal dapat dipertahankan.
Mengapa sebagai orang tua tidak pernah mendapatkan laporan dari guru tentang kondisi anaknya di sekolah? Mengapa sebagai orang tua hanya diberi hasil akhir saja yang ternyata jauh dari harapannya? Dia merasa dengan nilai ini cita-cita anaknya untuk bisa masuk perguruan tinggi melalui jalur PMDK telah pupus.
Ternyata nilai 7 pun bisa memadamkan cita-cita besar anak dan orang tua dan mengkandaskan mimpi besar untuk merajut masa depan yang lebih baik..
Apakah ini termasuk "kekerasan guru pada murid?",...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar